Jakarta – Widyaiswara sebagai sebuah komunitas guru bangsa dituntut untuk selalu mengembangkan pengetahuan dan wawasannya melebihi orang yang diajarnya, oleh karena itu dibutuhkan kemampuan masing-masing widyaiswara yang tergabung dalam jabatan fungsional WI berbagi pengetahuan, pengalaman dan wawasan dalam bidang tertentu, ini juga disebut dengan Collaborative Intelligence. Hal ini diungkapkan Deputi Bidang Kebijakan Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara, Dr. Muhammad Taufiq, Dea pada Forum Community Of Practices (CoP) jabatan fungsional Widyaiswara yang dilaksanakan secara virtual, Kamis (7/10).
Taufiq menekankan bahwa Collaborative Intelligence merupakan salah satu upaya pembelajaran bagi orang dewasa dengan memanfaatkan kemampuan masing-masing individu untuk memberikan ide, ilmu, pemikiran atau mind sharing di dalam sebuah kelompok sehingga pengetahuan akan terus bertambah secara berlipat ganda.
“CoP ini merupakan salah satu wujud collaborative intelligence tersebut, dan saat ini telah memasuki edisi yang ke 10, pada CoP kali ini mengangkat tema menulis dalam menjaga eksistensi Widyaiswara. Seperti diketahui bahwa widyaiswara merupakan sumber ilmu dan learning partner, oleh karena itu ia senantiasa dituntut tidak hanya mampu mengajar tetapi juga mampu mendokumentasikannya pemikirannya melalui tulisan” ungkapnya.
Ia menambahkan, Widyaiswara perlu menyajikan hasil buah pikirannya, pengalaman, serta wawasan kepada khalayak luas. Salah satunya dengan menulis sebuah buku, untuk itu menjadi tantangan seluruh WI untuk dapat membuat arisan buku dengan mengkolaborasikan seluruh buah pemikiran beberapa WI di bidang tertentu untuk menulis sebuah buku.
“Manfaatkan IPWI Press yang kita miliki sebagai sarana menyebarkan buku yang merupakan hasil dari collaborative intelligence tadi” pungkasnya.
Dalam kesempatan itu juga Kepala Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Bidang Pengembangan Kompetensi ASN, Dr. Muhammad Aswad, M.Si dalam kesempatan itu menambahkan bahwa alasan pengambilan tema menulis ini dikarenakan masih banyak widyaiswara yang mengalami kesulitan dalam menuangkan buah pemikirannya melalui tulisan, padahal menulis merupakan salah satu syarat widyaiswara untuk menaiki jenjang yang lebih tinggi.
Selain itu alasan lainnya ialah, masih ditemui beberapa tulisan widyaiswara yang belum memenuhi syarat tingkat plagiarism, kami sebagai instansi Pembina jabatan fungsional WI saat ini mulai konsentrasi pada tulisan WI yang harus memenuhi ambang batas plagiarism dibawah 20 persen, hal ini tentu sebagai upaya pembelajaran kita bersama bagaimana untuk menghargai kekayaan intelektual dan mencegah adanya tindakan plagiat, tutupnya.
Dalam CoP Edisi 10 ini menghadirkan narasumber Widyaiswara Ahli Madya BRIN, Sutrisno Heru Sukoco, M.Kom dan Widyaiswara Ahli Muda BRIN, Alpha Fadilla Juliana Rahman, MPd. dan diikuti lebih dari 700 widyaiswara melalui kanal zoom dan youtube.