Jakarta – ASN Berbudaya dan Bermental Birokrasi Bersih, Melayani, dan Reponsif bukanlah sebuah keniscayaan. Di tengah kondisi dunia yang sedang terombang-ambing dalam pusaran badai VUCA dan adanya pandemi Covid-19 tentunya berdampak ke semua aspek, tak terkecuali bidang birokrasi dan pelayanan sector publik. Kondisi yang kian rumit dan terciptanya keterbatasan jarak membuat masyarakat sebagai tujuan utama pelayana publik membutuhkan fasilitas yang mudah diakses, bersifat digital, serta pelayanan cepat dan responsif. Dalam menciptakan ASN yang berpola kerja prima, dibutuhkan suatu pelatihan yang sifatnya merevolusi pola pikir ASN yakni Pelatihan Revolusi Mental.
Revolusi Mental merupakan tindak lanjut Instruksi Presiden melalui Program Gerakan Nasional Revolusi Mental yang masuk ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Sebagai pengejawantahan Instruksi Presiden, LAN melahirkan Peraturan Kepala LAN terkait Pelatihan Revolusi Mental yang tertuang dalam Perkalan Nomor 4 Tahun 2021 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Revolusi Mental Untuk Penguatan Budaya Birokrasi Yang Bersih, Melayani, dan Responsif. Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Penyelenggaraan Pengembangan Kompetensi, Dr. Basseng, M.Ed. saat membuka Workshop Pengembangan Bahan Ajar Revolusi Mental, secara daring, Senin, (26/7).
“Ada suatu hal yang muncul dalam kata revolusi yakni sebuah harapan. Kini, kata revolusi tersemat dalam frasa Revolusi Mental, ada harapan dari kita sebagai institusi pembina Pengembangan dan Pelatihan ASN, yang salah satunya adalah Pelatihan Revolusi Mental ini, dimana harapan yang tinggi tersebut berasal dari seluruh stakeholder, khususnya dari publik terhadap hasil akhir pelatihan. Proses pelatihan ini memiliki tujuan untuk menciptakan ASN yang mentalnya telah terbekali kompetensinya yakni cara pandang, cara pikir, dan melaksnakan transformasi budaya kerja yang cepat, dan mampu memberikan pelayanan publik yang cepat, bersih, dan responsif.” tegasnya
Basseng juga menyampaikan bahwa, semua elemen masyarakat, berharap pada pelatihan ini, khususnya kepada alumni. Mereka diharapkan bisa memenuhi ekspekstasi masyarakat akan pelayanan publik yang baik. Pelatihan Revolusi Mental tentunya bukan pelatihan biasa, pelatihan ini diharapkan dapat menghasilkan alumni yang berpengetahuan luas, tangkas, dan mampu membuat perubahan. Dengan telah mengikuti pelatihan, alumni pelatihan diharapkan mampu melakukan revolusi (perubahan cepat) dalam bidang pekerjaan di organisasi masing-masing. Kelak para alumni pelatihan akan mampu mendiagnosa bagaimana mental kerja ASN dan bagaimana ritme kerja birokrasi organisasi masing-masing. Untuk menghasilkan alumni dengan kriteria dan standar tersebut, butuh bahan ajar yang mumpuni, yang harus matang kita siapkan. Dalam pada itu, cara mengeksekusinya seluruh ekspektasi tersebut adalah dengan bahan ajar yang dipastikan dapat mengahasilkan alumni yang unggul.
“Pelatihan Revolusi Mental memiliki kebijakan terbaru yakni adanya penguatan budaya Reformasi Birokrasi yang betul-betul dimatangkan dalam tagline Bersih, Melayani, dan Resposif. Mindset bahan ajar dan proses pelatihan yang menekankan aspek tusi ASN sebagai pelayanan publik, telah berlangsung dan sudah terbiasa selama 4 (empat) tahun belakangan ini. Pada tahun 2021, pelatihan Revolusi Mental tidak hanya diarahkan pada pelayanan publik semata namun juga lebih diarahkan pada penguatan budaya birokrasi bersih, birokrasi melayani, dan birokrasi yang responsif,” lanjut Basseng,
Terakhir, Basseng menambahkan Pelatihan Revolusi Mental akan lebih difokuskan lagi. Di dalam kurikulum, sudah dipikirkan agar peserta bisa mencapai kemampuan memperkuat budaya birokrasi. Bahkan inti kurikulumnyaa adalah agenda mengelola diri (mendiagnosa sikap mental untuk menemukan kendala atau mental block yg bisa menghalangi dalam mewujudkan birokrasi bersih, melayani, dan responsif) apakah butuh pembenahan. Pelatihan ini pun akan membekali peserta dengan kemampuan teknis dan mananjerial untuk mendiagnosa organisasi.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat Pengembangan Kompetensi Teknis dan Sosial Kultural Aparatur Sipil Negara, Caca Syahroni, S.IP., M.Si. menyampaikan workshop ini merupakan wadah untuk bersosialisasi, peleburan hasil pikir, sekaligus melaksanakan penyamaan persepsi dalam Pedoman Pelatihan Revolusi Mental. Acara ini sekaligus juga sebagai bentuk konsoilidasi antara Pusbangkom TSK dan Puslatbang dan bersama berdiskusi menghasilkan satu persepsi dengan pengajar untuk memberikan yang terbaik bagi pelatihan Revolusi Mental.
Workshop yang dilaksanakan sehari penuh tersebut menghadirkan Deputi Bidang Kebijakan Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara Lembaga Administrasi Negara (LAN), Dr. Muhammad Taufiq, DEA., Direktur Aparatur Negara Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional (KPPN)/Bappenas, Prahesti Pandanwangi, SH, Sp.N, LLM, Perencana Madya KPPN/Bappenas, Maharani Putri S.W.,S.Mn.,MSM., widyaiswara sebagai pengampu pelatihan Revolusi Mental serta para pegawai LAN yang berasal dari Pusat Pelatihan dan Pengembangan dan Kajian Hukum Administrasi Negara (Puslatbang KHAN) Aceh, Pusat Pelatihan dan Pengembangan dan Pemetaan Kompetensi Aparatur Sipil Negara (Puslatbang KASN) Jatinangor, Pusat Pelatihan dan Pengembangan dan Kajian Desentralisasi dan Otonomi Daerah (Puslatbang KDOD) Samarinda, Pusat Pelatihan dan Pengembangan dan Kajian Manajemen Pemerintahan (Puslatbang KMP) Makassar.