Jakarta – Cara Korea Selatan mengatasi pandemi Covid-19 dinilai cukup baik, hal ini terlihat dari kecepatan respon pemerintah Korea Selatan dalam memulihkan pertumbuhan sosial dan ekonomi. Seperti diketahui bahwa Korea Selatan merupakan salah satu negara pertama yang menerima impor virus covid-19 dari Wuhan namun negara tersebut cepat beradaptasi dalam upaya penanggulangannya. Hal ini dapat memberikan banyak masukan dan informasi bagi Peserta Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat I dalam upaya merumuskan kebijakan yang tepat yang diakibatkan pandemic covid-19 ini. Hal tersebut diungkapkan Deputi Bidang Kajian dan Inovasi Manajemen ASN Lembaga Administrasi Negara (LAN) Dr. Agus Sudrajat, M.Si saat mendampingi peserta PKN Tingkat I Angkatan XLIX melakukan Virtual Benchmarking ke Pemerintah Korea Selatan, Selasa (4/5).
Dalam kesempatan itu, Agus menjelaskan pemilihan Korea Selatan sebagai salah satu lokus benchmark ini dikarenakan Pemerintah Korea Selatan dinilai mampu mengatasi pandemi Covid-19 yang relatif cepat serta melakukan pemulihan di berbagai sektor termasuk sosial dan ekonomi.
“Peserta PKN tingkat I yang mengikuti kegiatan Virtual Benchmarking ini dibagi menjadi lima kelompok yang di lima negara yang berbeda, dan kelompok 2 ini berkesempatan untuk belajar pada negara Korea Selatan” tambahnya
Agus menerangkan, benchmark ini bertujuan untuk mengkompilasikan informasi terkait bagaimana penanganan Pandemi Covid -19 di korea Selatan serta langka-langkah strategis yang dilakukan dalam memulihkan di bidang sosial dan ekonomi, informasi ini akan menjadi bekal kami peserta PKN tingkat I untuk merumuskan kebijakan dan memberikan alternatif kebijakan bagi pemerintah Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan, Umar Hadi menjelaskan langkah strategis yang dilakukan pemerintah Korea Selatan dalam pengelolaan pandemi Covid-19 melalui prinsip 3T yaitu testing, tracing dan treatment, prinsip ini menjadi modal utama Korea Selatan dalam menekan jumlah Covid-19
“Hal tersebut dinilai cukup berhasil, berdasarkan data jumlah kasus covid-19 tercatat 124.269 orang dan dinyatakan sembuh 114.128 sedangkan 1840 meninggal dunia, angka ini relative kecil jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Korea Selatan sebanyak kurang lebih 50 juta jiwa” jelasnya.
Selain itu, ia menjelaskan terdapat 3 faktor kunci penanganan Covid-19 ini, yang pertama, faktor kesiapsiagaan, dimulai dari sistem kesehatan publik yang baik dengan pemanfaatan teknologi informasi serta seluruh data yang terintegrasi dari berbagai rumah sakit.
Kedua ia menjelaskan, koherensi kebijakan atau kejelasan kebijakan yang dimulai dari pemerintah pusat sampai dengan pemerintah daerah dan ketiga, adalah terbangunnya partisipasi publik dikarenakan tingkat kepercayaan publik yang tinggi.
“Strategi Korea Selatan dalam memitigasi dampak ekonomi langkah strategis yang dilakukan antara lain merevisi APBN dengan 3 paket, pertama adalah tambahan APBN senilai 152 T rupiah untuk pengendalian ekonomi dan menata kebutuhan pokok, penambahan UKM serta menolong lapangan kerja yang terancam hilang” jelasnya
Ia juga menambahkan, paket kedua digunakan untuk panti jompo serta daerah pedesaan yang miskin dan terdampak senilai 145 T Rupiah, dan terakhir ialah pemulihan makro ekonomi yang dianggarkan 424 T Rupiah.
“Ketiga paket ini dinilai cukup berhasil dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat” tuturnya.
Di akhir penjelasannya, Umar Hadi berharap, pengalaman korea selatan dalam pengelolaan pandemic Covid-19 ini dapat menjadi masukan dan saran dalam upaya merumuskan kebijakan pemerintah terutama dalam memulihkan sosial dan ekonomi tanah air.