Jakarta – Pandemi Covid-19 telah menjadi tantangan kita bersama. Digulirkannya kebijakan Merdeka Belajar diharapkan dapat memicu munculnya transformasi di bidang pendidikan. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Pusat Inovasi Administrasi Negara (PIAN) Lembaga Administrasi Negara (LAN), Dra. Isti Heriani, MBA, pada acara Dialog Inovasi “Inovasi Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” melalui Zoom Meeting dan kanal Youtube: inovasi LANRI, Kamis (8/4).
“Kebijakan Merdeka Belajar juga menjadi harapan untuk memberikan kesempatan yang luas bagi munculnya inovasi dan kreativitas dunia pendidikan. Kita memiliki frekuensi yang sama untuk senantiasa memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dan meningkatkan kualitas pendidikan,” jelasnya.
Sebagai penutup, Isti menyampaikan apresiasinya kepada Program Director Inovasi (Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia kerja sama dengan Pemerintah Australia), Mark Heyward, Ph.D. dan Founder Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal, Ph.D. selaku narasumber serta semua peserta perwakilan daerah di seluruh Indonesia yang telah bekerjasama demi kelancaran kegiatan ini.
Pada kesempatan yang sama, Program Director Inovasi, Mark Heyward dalam paparannya menjelaskan bahwa program Inovasi yang ditanganinya merupakan program kerjasama di sektor pendidikan antara pemerintah Australia dan Indonesia. Program kerjasama ini bertujuan untuk mendukung kebijakan Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
“Dukungan yang diberikan meliputi pengembangan kebijakan, mendukung Pemerintah dan Mitra Pemerintah untuk merintis dan menguji coba gagasan dan pendekatan baru, menyediakan advice dan dukungan teknis, mengkomunikasikan hasil program serta berbagi pengetahuan dan praktik baik, dan membina hubungan, dan kerja sama antar institusi serta membangun kemitraan dan koalisi. Kita lebih berfokus pada pengembangan kapasitas atau software bukan hardware,” jelasnya.
Berdasarkan studinya, Mark menjelaskan bahwa Pemerintah daerah sebenarnya sudah dapat membuat kebijakan yang berdampak bagi pendidikan di wilayahnya. Metode PDIA (problem-driven iterative adaptation) sangat berguna. Kebijakan ini menjadi solusi “lokal” untuk permasalahan “lokal”. Mark berharap bahwa Lembaga Pemerintah Pusat seperti LAN bisa menjadi katalisator melalui peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam berinovasi.
“Kata kunci kebijakan pendidikan bagi anak Indonesia adalah berorientasi pada kebutuhan anak dan fokus pada peningkatan hasil belajar siswa. Selain itu anak-anak memerlukan sumber bacaan yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan, kemampuan membacanya, dan minat bacanya,” tutupnya.
Senada dengan apa disampaikan Mark, Founder GSM, Muhammad Nur Rizal, Ph.D menerangkan bahwa salah satu masalah kebijakan yang diterapkan di Indonesia adalah programmatic yang berbasis anggaran dan bersifat top down. Kita sangat senang sekali dengan apa yang dilakukan oleh Inovasi (kerja sama Indonesia – Australia) yang memberikan dukungan teknis bukan hanya dukungan anggaran.
Lebih lanjut Rizal menjelaskan bahwa GSM merupakan platform bagi siapa saja yang mau berubah. Melalui GSM, sekolah diberikan pendampingan untuk melakukan berbagai inovasi dalam pola pendidikan di sekolah. GSM mendorong komunitas sekolah untuk berperan aktif menghadirkan suasana kegiatan menyenangkan serta mendorong rasa kepemilikan bersama terhadap sekolah dengan melibatkan peran guru, murid, orangtua dan lingkungan sekitar.
“Prinsip perubahan GSM dimulai dari perubahan mindset, perilaku, dan belief system akan paradigma dan orientasi pendidikan yang baru. dunia pendidikan harus dibangun melalui kolaborasi antara guru dengan guru lainya kemudian antar murid-muridnya dan bukan untuk berkompetisi,” tambahnya.
Pada kesempatan tersebut Rizal juga menjelaskan pentingnya membangun sebuah narasi yang besar untuk dibangun. Narasi tersebut harus digelontorkan oleh lembaga negara. Sebagai contoh apabila berbicara prioritas utamanya adalah pengembangan sumber daya manusia maka setiap instansi daerah yang dianggap melanggar dapat disadarkan dengan narasi tersebut.
“Setiap anak mempunyai bakat tersendiri yang unik, di sinilah kolaborasi ekosistem dijalankan. Sehingga anak merasa lebih bermakna memiliki peran sesuai dengan minatnya,” tutupnya.
Dialog Inovasi yang dihadiri oleh 700 peserta dari seluruh Indonesia secara daring ini juga menjadi sarana berbagi pandangan dan pengalaman dari beberapa daerah/sekolah yang telah dan akan melakukan inovasi di sektor pendidikan. (humas)