Menu Close

Blended Learning Sebagai Respons Terhadap Tantangan Perubahan untuk Mewujudkan ASN Merdeka Belajar

Jakarta – Isu tentang digitalisasi birokrasi merupakan salah satu prioritas pemerintah yang didorong terus menerus, untuk memberikan pelayanan yang lebih baik. Selain itu, digitalisasi birokrasi harus dilakukan agar birokrasi dapat senantiasa lebih agile, adaptif terhadap suasana-suasana mendatang yang senantiasa berubah. Hal tersebut disampaikan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Dr. Adi Suryanto, M.Si pada saat membuka Webinar Nasional “Peran Blended Learning dalam Mewujudkan ASN Merdeka Belajar”, Senin (31/10).

‘’Dunia saat ini tidak ajeg, senantiasa berubah bahkan sempat mengubah tatanan-tatanan yang sudah ada. Ini menjadi suatu fenomena baru. Untuk itu maka untuk mengelola perubahan tersebut secara baik, maka kita harus memiliki cukup informasi dan pengetahuan. Berbagi pengetahuan bersama sama adalah salah satu cara yang bisa kita pilih untuk membangun birokrasi berkelas dunia,” ujarnya.

Lebih lanjut, Adi Suryanto juga memaparkan bahwa perlunya reformasi dan adaptasi terhadap cara kita saat ini dalam mengembangkan kompetensi pegawai. LAN juga senantiasa berupaya mengembangkan berbagai cara dan kebijakan dalam upaya pemenuhan hak pengembangan kompetensi PNS sebanyak minimal 20 JP/Tahun.

“Demikian juga dengan cara kita untuk mengembangkan bangkom. Kita terus mengembangkan dengan berbagai cara baik blended, virtual dan sebagainya agar para PNS di seluruh Indonesia bisa mendapatkan haknya selama 20 jp/th,” jelasnya.

Kepala LAN berharap melalui berbagai media yang telah tersedia secara terbuka saat ini para ASN bisa lebih leluasa menentukan program pengembangan dirinya. Selain itu, Ia juga berharap bahwa kesempatan webinar ini pun dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.

“Melalui webinar ini diharapkan tidak ada alasan lagi bagi para ASN untuk memperoleh pengembangan kompetensi. Blended learning ini merupakan topik sangat menarik bagi kita. Tentu pemilihan metode pelatihan ini sangat tergantung dari tujuannya. Tetapi selain tujuan, kondisi yang ada juga mempengaruhi,” jelasnya.

Menurut Adi Suryanto, kondisi tersebut dipengaruhi oleh berbagai tantangan yang harus kita hadapi dan dicari solusinya, yaitu tantangan mindset, desain program, fasilitator dan materi atau bahan ajar.

“Tantangan kita dengan blended learning ialah mindset harus berubah, kemudian desain program harus menyesuaikan, yang ketiga adalah fasilitator sehingga program bisa diselenggarakan dengan baik, serta didukung oleh materi dan bahan ajar yang berkualitas dan menyesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran,” ujarnya.

Terakhir Adi Suryanto berharap bahwa melalui webinar ini akan dilahirkan diskusi terbuka yang dapat melihat dan memberikan berbagai masukan agar blended learning dapat diaplikasikan secara efektif.

“Harus ada beberapa hal yang harus kita perhatikan. Mudah-mudahan Bapak/Ibu juga bisa memberikan masukan bagi pengembangan kompetensi kedepannya. Kita harus bergerak maju bersama-sama agar birokrasi kita menjadi lebih baik lagi, menjadi maju, menjadi agile,” tutupnya.

Webinar yang dihadiri tidak kurang dari 1000 peserta baik yang mengikuti melalui zoom meeting maupun kanal Youtube Lembaga Administrasi Negara ini menghadirkan praktisi, akademisi dan pemangku kebijakan selaku narasumber, yaitu: Prof. Herman Dwi Surjono (Dekan Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta), Dr. Uwes Anis Chaeruman, M.Pd. (Kepala UPT Teknologi Informasi & Komunikasi, Universitas Negeri Jakarta), Ade Surya Lesmana, SE., MM. (Learning Management Division Hear, Bank BTN), serta Drs. Seno Hartono, DESS (Kepala Pusat Inovasi Manajemen Pengembangan Kompetensi LAN). (humas)

Skip to content