Menu Close

Design Thinking: Cara Berpikir Ala Desainer yang Berlandaskan Empati untuk Mencari Solusi

Jakarta – Sebagai ASN tentu orientasinya adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat. ASN harus hadir untuk dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat. Salah satu instrumen yang dapat digunakan ialah design thinking yang nantinya berorientasi kepada pelayanan masyarakat. Hal tersebut disampaikan oleh Deputi Bidang Penyelenggaraan Kompetensi LAN, Dr. Basseng, M.Ed pada saat memberikan pengantar kegiatan Webinar ASN Talent Academy Seri Ke-4 bekerjasama LAN dengan Gerakan Nasional Indonesia Kompeten (GNIK), Rabu (20/10).

“Instrumen ini berorientasi pada pelayanan masyarakat.  Dengan demikian, tingkat kepercayaan masyarakat kepada ASN dan institusi saudara kita harapkan akan semakin tinggi,” jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Basseng juga menyampaikan harapannya bahwa paradigma ASN Merdeka Belajar sedang berupaya dikembangkan oleh LAN. Paradigma ini mendorong para ASN untuk dapat belajar dan mengembangkan kompetensi dalam berbagai cara yang salah satunya dapat dilakukan melalui webinar ini.

“LAN sedang mengusung sebuah kebijakan, sebuah paradigma baru dalam belajar yaitu ASN merdeka belajar. Jadi, dalam hal proses belajar dan mengembangkan kompetensi setiap ASN dapat belajar lewat berbagai cara. Mudah-mudahan webinar ini dapat menjadi salah satu media untuk mendukung karir kita sebagai ASN serta tentunya sebagai pelayan masyarakat,” ujarnya.

Senada dengan Basseng, Dr. Silverius Y Suharso, atau yang lebih akrab disapa Dr. Sony, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Pancasila yang menjadi narasumber pada webinar kali ini juga mengungkapkan bahwa sebagai ASN, peran dan fungsinya adalah melayani publik.

“Oleh karena itu, rakyat adalah customer anda sehingga mentalitasnya adalah melayani atau customer oriented. Namun, orang yang melayani harus dibekali dan diberikan kompetensi untuk melaksanakan tugasnya. Bagaimana mau merdeka kalau kita sendiri gak merdeka, baik dalam hal cara berpikir maupun diskusinya merdeka,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Dr. Sony menjelaskan bahwa design thinking adalah cara berpikir ala desainer dalam rangka memuaskan memenuhi kebutuhan pelanggan. Menurutnya, ujung dari proses ini adalah bagaimana seorang designer tidak hanya membuat suatu produk yang artistik, bernilai seni dan keren, namun bagaimana produk tersebut dapat menjawab kebutuhan manusia.

“Sekarang eranya masuk ke society 5.0. Apa maknanya? Semua teknologi yang mau dibuat manusia digunakan sebesar-besarnya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sebagai ASN, tentu stakeholders kita ya masyarakat, instansi pemerintah lainnya bahkan di dalam ASN sendiri itu juga customer anda,” jelasnya.

Konsep design thinking sendiri mendasarkan empati sebagai titik tolak untuk dapat berpikir kreatif dan inovatif sehingga dapat menjawab permasalahan dan kebutuhan publik yang menjadi customer kita. Hal tersebut tentunya sangat bisa diterapkan di lingkungan birokrasi. Seorang ASN diharapkan mampu peka terhadap kebutuhan-kebutuhan publik. Menurut Dr. Sony, memuaskan itu paling tidak memberikan suatu kepastian, memberikan kecepatan respons, serta memberikan kepastian biaya misalnya.

“Jadi kalau pola pikirnya adalah top down, tidak inovatif, dan kreatif, maka birokrasi yang harusnya melayani akan berbalik menjadi birokrasi yang rumit, berbelit-belit, memakan waktu dan biaya serta tidak ada kejelasan. Saya kira itu sudah lama dan harus ditinggalkan,” tegasnya. 

Webinar kali ini juga ditayangkan secara Live melalui kanal Youtube Lembaga Administrasi Negara. (humas)

Skip to content