Jakarta – Sejarah perjuangan emansipasi perempuan di Indonesia tidak terlepas dari peran R.A. Kartini yang memperjuangkan kesetaraan antara kaum wanita dan pria. lebih tepatnya sudah 143 tahun sejak tahun 1879, perjuangan itu terus berkumandang untuk melawan ketidakadilan terhadap kaum perempuan. Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Utama Lembaga Administrasi Negara (LAN), Dra. Reni suzana, MPPM saat memberikan sambutan pada Upacara Peringatan Hari Kartini yang berlangsung secara blended di Aula Prof. Agus Dwiyanto, MPA, Kantor LAN Veteran, Kamis (21/4).
Dalam upacara yang diikuti oleh seluruh pegawai LAN pusat dan daerah ini, ia menyampaikan, ada fenomena unik yang kita temui tiap Hari Kartini, hampir semua perempuan indonesia pada hari itu berupa untuk melepaskan pakaian modernnya dan berganti dengan pakai kebaya yang merupakan salah satu pakaian tradisional Indonesia. Hal ini dimaknai dengan nilai-nilai yang diharapkan dari seorang perempuan, yaitu bisa beradaptasi, luwes, lemah lembut, sabar, mandiri dan berdampak bagi sekitarnya.
“Momen hari ini merupakan upaya kita semua untuk mengenang sosok perempuan tangguh yang berjuang dalam gelapnya kehidupan perempuan kala itu terutama dalam hal kesetaraan dan pekerjaan” ungkapnya.
Ia menambahkan, dalam melihat keadaan masyarakat di sekitarnya, R.A. Kartini banyak memusatkan perhatiannya pada persoalan-persoalan yang sedang terjadi. Seperti persoalan nasib kaum wanita, pendidikan, kesenian, kesehatan dan sebagainya, hal ini jelas terlihat bahwa R.A Kartini adalah seorang yang memiliki pandangan dan pengetahuan yang amat luas dan beraneka ragam
Dengan usaha dan kegigihan R.A Kartini, ia berhasil membawa cahaya terang terhadap kesetaraan perempuan di masa kini, Reni mencontohkan, banyak kita temui sekarang perempuan dapat bebas atau setara dengan lelaki dalam hal meraih pendidikan dan mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan.
“Wanita saat ini tidak bisa dipandang sebelah mata lagi. Seiring perkembangan zaman itulah, Wanita Indonesia dapat mensejajarkan diri mereka dengan kaum pria dari berbagai bidang kehidupan, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, dan pendidikan. Kartini masa kini adalah orang yang mandiri, baik secara finansial maupun dalam keperibadian. Serta mereka memiliki kecerdasan dan daya guna, yang artinya mampu memberikan manfaat, baik itu untuk diri mereka sendiri maupun untuk lingkungannya.” tutupnya
Diakhir sambutannya, Reni membacakan beberapa kutipan surat-surat Kartini kepada sahabatnya yang ditulis sejak tahun 1899 sampai dengan 1903, sebagai berikut :
1. Surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus 1899
“Bagi saya hanya ada dua macam keningratan, keningratan fikiran (fikroh) dan keningratan budi (akhlak). Tidak ada manusia yang lebih gila dan bodoh menurut persepsi saya dari pada melihat orang membanggakan asal keturunannya.
2. Surat Kartini kepada Nyonya Abendanon, Agustus 1900
“Kita dapat menjadi manusia sepenuhnya, tanpa berhenti menjadi wanita sepenuhnya”.
3. Surat Kartini kepada Nyonya Abendanon, 4 September 1901
“Pergilah, laksanakan cita-citamu. Bekerjalah untuk hari depan. Bekerjalah untuk kebahagiaan beribu-ribu orang yang tertindas. Dibawah hukum yang tidak adil dan paham-paham palsu tentang mana yang baik dan mana yang jahat. Pergi! Pergilah! Berjuang dan menderitalah, tetapi bekerja untuk kepentingan yang abadi”.
4. Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1901
“Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak wanita, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak wanita itu menjadi saingan laki-laki dalam hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya yang diserahkan alam (sunnatullah) sendiri ke dalam tangannya : menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama”.
5. Surat Kartini kepada Nyonya Abendanon, 10 Juni 1902
“Kami sekali-kali tidak hendak menjadikan murid-murid kami menjadi orang setengah Eropa atau orang Jawa yang kebarat-baratan”.
6. Surat Kartini kepada Nyonya Abendanon, 27 Oktober 1902
“Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa dibalik hal yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal-hal yang sama sekali tidak patut sebagai peradaban?”
7. Surat Kartini kepada Nyonya Abendanon, 12 Desember 1903
“Tidak, ia tidak mempunyai ilmu, tidak mempunyai jimat, tidak juga mempunyai senjata sakti. Kalaupun rumahnya tidak ikut terbakar itu dikarenakan dia mempunyai Allah saja”