Menu Close

Sharing Model Inovasi Village Preneurship, LAN Terima Kunjungan Studi Lapangan Virtual Peserta Pelatihan Kepemimpinan Pengawas BPS

Jakarta – Village Preneurship dilatarbelakangi dimana pemerintahan desa saat ini menjadi prioritas untuk dikembangkan. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional, sejak tahun 2014 Pemerintah telah mengusung Nawa Cita yang salah satu fokusnya yaitu membangun Indonesia dari pinggiran yang pada umumnya adalah desa. Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara (LAN), Dr. Tri Widodo, MA, pada Kunjungan Studi Lapangan Peserta Pelatihan Kepemimpinan Pengawas (PKP) Badan Pusat Statistik (BPS) mengusung tema “Inovasi Pelayanan Publik Village Preneurship, Bersinergi Membangun Indonesia” yang dilangsungkan melalui fasilitas video conference, Senin (15/3).

Lebih lanjut Tri Widodo menerangkan Pada tahun 2014 lahir Undang-Undang Gugus Desa yang berimplikasi pada dana desa yang jumlahnya dari tahun ke tahun semakin besar. Meskipun demikian, apa yang terjadi di lapangan nampaknya belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Oleh sebab itu kami berusaha menginisiasi sebuah program dengan nama Village Preneurship dengan maksud membangun masyarakat desa dari segi kapasitas.

“Desa perlu sebuah kreativitas baru untuk memanfaatkan potensi yang ada. Kolaborasi menjadi salah satu kata kunci keberhasilan berinovasi. Semua akan lebih mudah dengan berkolaborasi dalam hal ini kami menggandeng pakar di bidangnya yang salah satunya adalah Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)”, tambahnya.

Tri Widodo menjelaskan bahwa kata kunci lain dalam berinovasi adalah kreativitas. Apapun kondisinya dan tantangannya, kita dituntut untuk selalu kreatif. Jadi, program ini sebenarnya adalah menginjeksikan semangat kreativitas di dalam business proses maupun di dalam  fungsi-fungsi desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sehingga tidak lagi melakukan business as usual.

“Di dalam mendorong perubahan kami sering menyampaikan untuk mencari starting point terlebih dahulu sebelum berinovasi. Yang pertama adalah pemetaan masalah, kita melihat sense of urgency dan masalah apa yang benar-benar dihadapi. Inovasi selain memikirkan dan mengimplementasikan pembaruan juga harus memberikan manfaat bagi stakeholder baik internal maupun eksternal yang kompatibel dengan sistem diluar dirinya, serta inovasi harus mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi”, ungkapnya.

Sebagai penutup Tri Widodo berpesan bahwa konsistensi dibutuhkan untuk merawat komitmen dalam melanjutkan gerakan perubahan, sehingga perubahan dari yang kecil dapat berkembang menjadi hingga menjadi perubahan yang besar.

Senada dengan yang disampaikan oleh Tri Widodo, Kepala Pusat Inovasi Administrasi Negara (PIAN), Dra. Isti Heriani, MBA, menyampaikan bahwa dalam suatu inovasi harus dapat memecahkan suatu masalah dan bagaimana permasalahan tersebut dapat diatasi. 

“Kami dari LAN memunculkan dan menawarkan suatu model dengan bekerjasama dengan stakeholder/beberapa pihak yang lebih punya kekuatan dan memiliki program dengan fokus yang sama di lapangan. Selain itu, kami juga berkolaborasi dengan para pendamping desa”.

Lebih lanjut Isti menjelaskan bahwa fokus LAN adalah membangun kolaborasi antar stakeholder dan kapasitas masyarakatnya sehingga yang sebelumnya belum yakin atau masih ragu-ragu, akhirnya mau bergerak bersama melakukan inovasi.

“Selain lahirnya inovasi itu sendiri, hal yang cukup menantang selanjutnya adalah bagaimana mempertahankan keberlanjutannya. Oleh sebab itu, diperlukan komitmen dari semua pihak yang terlibat yang menyokong keberhasilan dan keberlangsungan suatu inovasi”, tutupnya. 

Pada kesempatan yang sama hadir sebagai Narasumber pertama, Analis Kebijakan Ahli Muda LAN, Dian Eka Rahayu Sawitri, SH., MH. dalam paparannya menyampaikan lesson learnt Model Village Preneurship yaitu making the impossible possible. Dengan adanya kemauan untuk belajar, optimisme di tengah beragam keterbatasan, serta determinasi untuk merealisasikan mimpi-mimpi membangun desa.

“Di saat persaingan ketat ini kita harus tetap kreatif. Ketika ada kemauan untuk belajar maka hal-hal yang dianggap sukar bisa menjadi mudah. Jadi sebaiknya mulailah dari hal sekecil apapun. Kepala LAN juga berpesan agar kita senantiasa bergotong-royong membangun desa, bersatu membangun bangsa”, tambahnya.

Lebih lanjut Narasumber kedua, Kepala Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna LIPI, Dr. Pramono Nugroho, M.Eng.Sc., mengatakan bahwa dalam berinovasi jangan terhenti di hal yang biasa-biasa saja. Terkait dengan inovasi harus ada hal-hal yang baru yang tidak biasa.

“Kita tidak boleh membawa sesuatu yang mereka tidak butuhkan. Oleh sebab itu, sebelumnya kita harus melihat potensi yang ada di sana untuk membantu mengolah produk-produk yang ada di sana. Sebagai contoh Kami melihat potensi yang ada di sana adalah kolang-kaling yang biasanya dibuat menjadi minuman kemudian kita munculkan sebagai inovasi yang di luar kebiasaanya yaitu kerupuk dengan masa simpan yang lebih lama”, tambahnya.

Lebih lanjut Pramono menjelaskan bahwa kerjasama menjadi kunci penting keberhasilan suatu inovasi mengingat banyak pihak yang terlibat berasal dari latar belakang berbagai disiplin ilmu yang berbeda. Kita tidak bisa selamanya berada di locus, oleh sebab itu Kita menjadikan Pemerintah Daerah sebagai center melalui dinas-dinas yang kita bina agar monitoring evaluasi masih tetap berjalan.

“Tentunya komitmen dan pola pikir juga harus terbangun sebagai komponen penting dalam melakukan inovasi. Selain itu dengan menghilangkan ego sektoral akan mampu memperkuat sinergi”, tutupnya.

Kegiatan Studi Lapangan virtual ini diikuti oleh 40 Peserta Pelatihan Kepemimpinan Pengawas Badan Pusat Statistik. Sesi berikutnya merupakan kegiatan diskusi yang lebih mendalam yang terbagi ke dalam 3 kelompok yang masing-masing fokus pada sisi perencanaan, strategi komunikasi dan monitoring-evaluasi. Turut hadir secara virtual sebagai narasumber dalam tiap  kelompok, Dian Eka Rahayu Sawitri, SH., MH. (Analis Kebijakan Ahli Muda LAN), Yeyen Sukrilah, S.Pd. (Analis Kebijakan Ahli Pertama LAN), dan Tyas Wahyu Fadhila, S.Sos, M.P.A. (Analis Kebijakan Ahli Pertama LAN). (Humas)

Skip to content