Menu Close

Bangun Kemampuan Antisipatif dan Responsif, Peserta PKN Tingkat I Angkatan LIX Benchmarking ke Yogyakarta

Yogyakarta – Adanya transformasi digital di berbagai lini serta dinamika global seperti isu-isu perubahan iklim dan pemerataan, memunculkan tantangan masa depan yang semakin komplek. Oleh karena itu diperlukan seorang pemimpin yang mampu beradaptasi dengan cepat serta merumuskan kebijakan yang responsif dan antisipatoris. Gambaran akan kompleksitas tantangan dimasa depan mengharuskan seorang pemimpin cakap dalam pendekatan teknokratik sekaligus piawai secara praktis.

Pelaksana Tugas Kepala LAN, Muhammad Taufiq dalam kegiatan Benchmarking Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat I Angkatan LIX di Yogyakarta, Kamis (16/5) menyampaikan bahwa untuk mewujudkan pelayanan publik yang terbaik bagi masyarakat di tengah tantangan ke depan yang semakin yang semakin kompleks, diperlukan pemimpin yang kolaboratif dan handal. “Kita perlu menghadirkan kepemimpinan yang mampu memprediksi masa depan serta bijak dalam pengambilan keputusan, diperlukan kompetensi yang mumpuni untuk mengelaborasi antara sains sebagai landasan teori dan juga art atau seni dalam praktiknya”, ujarnya.

Sejalan dengan hal tersebut, Deputi Bidang Penyelenggaraan Pengembangan Kompetensi Lembaga Administrasi Negara (LAN) menyampaikan bahwa diperlukan kolaborasi yang intens dengan para akademisi. Sehingga pengambilan kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh seorang pemimpin berbasis pada kajian ilmiah. “Untuk itu dalam kegiatan benchmarking ini kami harap peserta pelatihan mampu melakukan sinergi antara para akademisi, instansi yang membidangi sekaligus para pelaku UMKM sebagai pelaku”, tambah Basseng. 

PKN Tingkat I Angkatan LIX diselenggarakan dengan mengangkat tema “Strategi Afirmasi Kebijakan Untuk Mengatasi Masalah Kemiskinan Di Daerah Lambat Tumbuh”. Sejalan dengan tema tersebut dalam kegiatan benchmarking peserta pelatihan diharapkan mampu mengembangkan kebijakan yang visioner, inovatif, dan adaptif dalam merespons perkembangan lingkungan. Oleh karena itu dalam kegiatan tersebut menghadirkan Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi,  Paiman Raharjo. Wamendes Paiman menyampaikan bahwa masalah pengentasan kemiskinan tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi saja. Namun kita harus berkolaborasi membuat suatu grand design yang utuh dan komprehensif, mulai dari hulu hingga hilir untuk menyelesaikannya.

Sementara itu Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (UGM), Wawan Mas’udi, PhD dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa Setidaknya terdapat tiga tantangan besar dihadapi, pertama berkaitan dengan Climate Change, dari penurunan emisi sampai energi dan pangan. Selanjutnya kita akan berhadapan dengan transformasi digital yang berimbas adanya perubahan-perubahan dramatis dari berbagai bidang. Tantangan selanjutnya adalah terkait isu inklusifitas.

Kegiatan benchmarking tersebut dikemas dalam format Focus Group Discussion yang dilaksanakan di Auditorium Fisipol UGM dengan menghadirkan para akedemisi UGM yakni Dr. Nurhadi Susanto, S.H., M.Hum., Prof. Dr. Poppy Sulistyaning Winanti, dan Doddy Aditya Iskandar, S.T., MCP, Ph.D. Selain itu pelaku UMKM di wilayah Yogyakarta yang berkesempatan mengikuti diskusi diantaranya Nia Panji (Dekayu), Tri Wiatmi (Calista Bakery), Rusnaini (Ecoprint Sekarsari), Ikasari Murtiningsih (Ikasari) dan Vivi Novitasari (Teri Perang).   (humas)

 

Skip to content