Menu Close

Kemenaker dan Politeknik STIA LAN Gelar Bedah Buku, Bahas Sejumlah Isu Prioritas

Bandung – Politeknik STIA LAN Bandung, menggelar bedah buku berjudul Meretas Jalan Perbaikan Ketenagakerjaan di Tengah Turbulensi Global: Jejak Ikhtiar Grup Ketenagakerjaan Presidensi G20 Indonesia. Kegiatan hasil kerjasama antara Politeknik STIA LAN dengan Sekretaris Jenderal Ketenagakerjaan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) itu, digelar di Aula Politeknik STIA-LAN, Jalan Hayam Wuruk Kota Bandung, Jumat (8/3)

Hadir dalam kegiatan itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa Barat, Teppy Wawan Dharmawan dan Prof. Nunung Akademisi Kependudukan Unpad sebagai pembedah. Buku setebal 332 halaman yang diinisiasi oleh Kemenaker itu, mengulas tentang dinamika pembahasan isu sektor ketenagakerjaan pada Presidensi G20 Indonesia, di tengah pusaran kondisi global yang tidak menentu. Dalam buku tersebut, dibahas juga isu prioritas ketenagakerjaan menjadi momentum bersejarah untuk selalu dicatat dalam perjalanan kontribusi Indonesia pada tata kelola global. Buku ini juga menyajikan potret isu prioritas yang meliputi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), pekerja disabilitas, pelatihan vokasi berbasis komunitas, perlindungan tenaga kerja, serta skills strategy yang telah diperjuangkan oleh tim internal dan eksternal Kemnaker RI.

Kepala Biro Kerjasama Kemenaker, Muhammad Arif Hidayat, didampingi analisis kebijakan ahli madya biro kerja sama Kemenaker, Yanti Nurhayatiningsih mengatakan, acara ini merupakan salah satu implementasi kerja sama dengan Politeknik STIA LAN. “Terkait bedah buku sendiri, memang buku Meretas Jalan Perbaikan Kondisi Ketenagakerjaan di Tengah Turbulensi Global ini disusun atas inisiasi Kemenaker, karena keberhasilan kemarin kita dalam penyelenggaraan G20 bidang ketenagakerjaan,” ujar Muhammad Hidayat. Buku ini, kata dia, berisi tentang bagaimana upaya Kemenaker saat Indonesia menjadi tuan rumah G20 serta apa saja yang dihasilkan dari kegiatan itu.”Tadi dibahas ada beberapa poin terkait Disabilitas, UMKM, Balai latihan kerja komunitas, itu dibedah di sana, karena kita ingin ada sejarah, kegiatan G20 itu kan masih 20 tahun lagi kita akan menjadi tuan rumah,” katanya.

Melalui bedah buku ini, pihaknya ingin sekaligus menyosialisasikan kepada masyarakat bagaimana keberhasilan Kemenaker. “Tentunya kita juga ingin ada masukan-masukan, kiranya apa yang kurang, ke depannya kita bisa memperbaiki kebijakan kita,” ucapnya.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa Barat, Teppy Wawan Dharmawan yang menjadi pembedah pertama mengatakan, terkait isu pekerja disabilitas, pihaknya tengah berusaha mendorong meningkatkan program inklusi. “Masalah penyandang disabilitas menjadi perhatian agar mendapat pekerjaan yang layak, salah satu yang diupayakan itu dengan pelatihan dan pemetaan keahlian untuk memproyeksikan apa yang dibutuhkan pekerja dan dunia kerja di masa mendatang,” ujar Teppy.
Sementara itu, Prof. Nunung Akademisi dari Kependudukan Unpad sebagai pembedah kedua, memberikan beberapa catatan untuk buku tersebut. Salah satu catatannya yakni tentang perlindungan UMKM yang masih rawan. Padahal, kata dia, UMKM dapat memiliki kontribusi lebih banyak terhadap nilai ekspor yang saat ini masih rendah. “UMKM perlu perlindungan, tapi dinaungi dalam kebijakan apa?. Padahal, di sinilah negara harus hadir,” katanya.

Kemudian, Prof Nunung pun menyinggung terkait pekerja anak yang belum tersentuh dalam buku tersebut. Padahal, jumlahnya saat ini terus meningkat dan dampak pekerja anak itu sangat panjang. “Target 2025 hapuskan pekerja anak, mungkinkan seperti itu, sementara masih banyak. Persentasenya meningkat dari 2,3 persen pada 2019 menjadi 3,25 pada 2020,” ucapnya.

Skip to content