Ditayangkan di kaltimpost.jawapos.com pada tanggal 26 September 2023
Tanpa disadari, Indonesia telah berusia 78 tahun. Selama periode tersebut, negeri ini dipimpin tujuh pemimpin yang berbeda. Dari ujung barat Sabang hingga ujung timur Merauke, berbagai kisah menunjukkan perubahan zaman dan evolusi peradaban.
DI pertengahan abad ke-21, Indonesia berdiri menghadapi salah satu rintangan terbesarnya, mengatur pertumbuhan urbanisasi yang eksponensial tanpa mengorbankan integritas lingkungan dan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat.
Dalam perjalanannya, Indonesia telah melihat berbagai dinamika sosial, politik, dan ekonomi. Pergantian pemimpin bukan hanya menandakan perubahan administratif tapi juga refleksi dari aspirasi, dan harapan masyarakat di setiap eranya. Sebagai bangsa yang kaya keanekaragaman budaya dan sumber daya alam, kita memiliki potensi besar berkembang dan menjadi pemain kunci di kancah internasional. Namun, dengan pertumbuhan tersebut datang juga tantangan-tantangan yang harus dihadapi bersama.
Seperti sebuah roda yang diputar dengan kecepatan tinggi, melihat bagaimana desa-desa bertransformasi menjadi kota, dan kota-kota besar menjadi metropolis yang megah. Namun, di balik kemegahan kota dengan gedung pencakar langit dan jaringan infrastruktur yang semakin canggih, terdapat kekurangan-kekurangan yang tersembunyi.
Kemacetan yang hampir tak berujung, polusi udara yang semakin mengkhawatirkan, serta ancaman banjir yang semakin sering menghampiri. Saat ini Jakarta, sebagai pusat ekonomi negara, menjadi simbol dari semua masalah urban tersebut. Dilema serupa juga dihadapi kota-kota lainnya di Indonesia.
Kita mungkin berpikir, mengapa sampai pada titik ini, apakah hukum alam yang tak bisa dihindari dari sebuah negara yang sedang berkembang, atau mungkin hasil dari ketidakpedulian dan ketiadaan visi jangka panjang. Jawabannya mungkin ada di antara keduanya. Sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat, Indonesia memang membutuhkan urbanisasi untuk mendukung sektor industri dan jasa. Urbanisasi yang tidak didasari dengan perencanaan yang matang bisa membawa dampak buruk ke depannya.
Maka dari itu, pembangunan kota berkelanjutan bukan sekadar slogan atau kata-kata manis untuk dikampanyekan. Itu adalah suatu kebutuhan, sebuah konsep yang harus diterapkan demi masa depan generasi mendatang. Konsep pembangunan berkelanjutan menekankan pentingnya mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial, dan keberlanjutan lingkungan, melainkan suatu pendekatan holistik yang memandang kota, bukan hanya sebagai pusat ekonomi, melainkan sebagai habitat bagi manusia dan makhluk lainnya.
Indonesia dilengkapi kekayaan biodiversitasnya. Potensi mengembangkan konsep kota hijau sangat besar. Bayangkan jika setiap kota di Indonesia memiliki taman-taman kota yang luas, hutan kota yang rimbun, serta sungai-sungai yang jernih. Bayangkan juga jika transportasi publik menjadi pilihan utama masyarakat karena efisiensi, kenyamanan, dan keberlanjutannya. Semua itu bukan hal yang mustahil untuk diwujudkan. Tapi memerlukan waktu, kerja keras, komitmen, dan kolaborasi dari berbagai pihak.
Pemerintah memegang peran penting dalam mendorong transformasi itu. Regulasi yang mendukung, insentif bagi inovasi hijau, serta edukasi bagi masyarakat adalah langkah-langkah awal yang bisa diambil. Namun, bukan hanya pemerintah yang harus bertindak. Masyarakat, sebagai penghuni kota, juga harus memiliki kesadaran dan tanggung jawab untuk menjaga keberlanjutan kota sebagai tempat tinggalnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, kita mulai melihat beberapa perubahan positif. Beberapa kota di Indonesia, seperti Surabaya dengan program taman kota, dan Bandung dengan inovasi smart city, menunjukkan bahwa transformasi menuju kota berkelanjutan bukan hal yang mustahil. Namun, tentunya perjalanan masih panjang dan penuh rintangan.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan adalah membangun kesadaran masyarakat. Dalam konteks global saat ini, di mana sifat konsumtif menjadi merajalela, sering kali kita terjebak dalam siklus konsumsi berlebihan tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan. Kita terobsesi dengan tren baru, memburu produk-produk terbaru, dan sering kali melupakan bahwa di balik semua itu, sumber daya alam yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang tersebut adalah terbatas.
Sungguh ironis, di satu sisi, kemajuan teknologi dan industri memberikan kita akses ke berbagai kemudahan dan kenyamanan, namun di sisi lain, kita menjadi lebih terisolasi dari alam dan lupa tanggung jawab sebagai penjaga bumi.
Kesadaran akan keberlanjutan bukan hanya tentang pengetahuan, melainkan tentang nilai-nilai dan etika. Hal itu menjadi suatu keniscayaan untuk membangun kesadaran tersebut dari usia dini.
Edukasi dan kampanye kesadaran lingkungan memegang peran krusial dalam perubahan paradigma masyarakat. Sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan lembaga pendidikan lainnya harus menyisipkan kurikulum yang mendukung pembelajaran tentang keberlanjutan. Selain itu, media massa juga memiliki peran yang tidak kalah penting dalam menyebarkan informasi dan mengedukasi masyarakat lewat program-program yang menarik dan mudah dicerna.
Edukasi dan kampanye saja tentu tidak cukup. Kolaborasi antar-berbagai elemen masyarakat menjadi kunci keberhasilan dalam mewujudkan keberlanjutan. Pemerintah memiliki tugas untuk mengatur dan memberikan regulasi yang mendukung keberlanjutan. Di sisi lain, sektor swasta bisa berkontribusi dengan inovasi dan produk-produk ramah lingkungan, serta menerapkan prinsip-prinsip bisnis berkelanjutan.
Komunitas dan organisasi non-pemerintah juga memegang peran penting dalam mengadvokasi kebijakan-kebijakan pro-lingkungan, serta mengedukasi masyarakat. Mereka sering kali menjadi jembatan antara pemerintah dan masyarakat, memastikan suara-suara dari basis masyarakat didengar dan diakomodasi, serta masyarakat sendiri harus proaktif. Kesadaran individu terhadap keberlanjutan akan membentuk kesadaran kolektif dalam komunitas. Setiap tindakan, sekecil apapun jika dilakukan bersama-sama dan konsisten akan membawa dampak signifikan.
Pembangunan kota berkelanjutan di Indonesia bukan sekadar tentang membangun infrastruktur canggih, melainkan sebuah misi yang mulia dan esensial. Melalui kerja sama, komitmen, adanya inovasi serta gotong royong, niscaya Indonesia dapat menjadi teladan bagi dunia dalam mengelola urbanisasi secara bijak dan berkelanjutan.