SAMARINDA – Kepala Puslatbang KDOD LAN Dr. Muhammad Aswad, M.Si resmi membuka Pelatihan Dasar CPNS Angkatan XXV di Auditorium Puslatbang KDOD, Kamis (15/9). Peserta pelatihan merupakan Dosen dari beberapa Perguruan Tinggi yaitu 13 orang dari Universitas Mulawarman Samarinda, 7 orang dari Universitas Tanjungpura Pontianak, dan 20 orang dari Universitas Palangka Raya. Koordinator Pelatihan dan Pengembangan Puslatbang KDOD Dr. Rahmat, MA menyampaikan dalam laporan penyelenggaraan bahwa pelatihan dasar ini dilaksanakan secara integrasi dan blended, yaitu memadukan pembelajaran klasikal dan non klasikal. Pembelajaran daring sendiri telah dimulai sejak 13 Juli yang lalu, sementara tahap klasikal akan dilaksanakan seminggu ke depan mulai hari ini hingga 21 September mendatang. Rahmat juga menyampaikan bahwa tujuan dari pelatihan ini adalah untuk menunjukan sikap bela negara dan mengaktualisasikan nilai-nilai dasar PNS.
Kemudian dalam sambutan pembukaannya, Aswad menekankan bahwa kompetisi untuk menjadi ASN bukanlah hal yang mudah karena hanya sekitar 10% saja yang terpilih. Oleh karena itu harus disyukuri, dan rasa syukur itu harus ditunjukkan dengan kesungguhan dalam mengikuti latsar ini. “Saya berharap para peserta latsar serius dan bersungguh-sungguh dalam mengikuti pelatihan, karena keikutsertaan ini tidak berarti otomatis lulus.” ujarnya. Aswad juga menjelaskan bahwa melalui latsar ini pemerintah berharap dapat membentuk para PNS menjadi pegawai yang professional. “Pemerintah juga berupaya untuk mewujudkan World Class Bureaucracy yang diupayakan tercapai tahun 2045. Nah, inti dari World Class Government itu adalah ASN. Maka para peserta dituntut untuk menjadi ASN yang professional” tegasnya lagi.
Menurut Aswad, aspek penting lainnya yang harus dimiliki seorang ASN adalah nasionalisme, yang juga menjadi indikator dari Smart ASN. “Tidak ada satu pun negara maju di dunia ini tanpa ASN yang mempunyai nasionalisme. Oleh karena itulah pelatihan yang ada memasukkan nasionalisme di dalamnya untuk dapat diimplementasikan dalam pekerjaan sehari-hari. Bukankah sebagai seorang ASN kita punya tiga fungsi utama, yaitu pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat pemersatu bangsa?” ungkap Aswad. Alasan lain pentingnya nasionalisme dalam diri seorang ASN disampaikan oleh Aswad adalah karena data BPIP menunjukkan bahwa sekitar 9 – 11% ASN terpapar paham-paham radikalisme, dan berpotensi bisa menggerogoti yang lainnya. Itulah mengapa dalam nilai-nilai ASN ada aspek loyal, dimana loyalitas bukan hanya pada pimpinan, tetapi pada negara dan bangsa, yang harus menjadi loyalitas tertinggi. “Inilah pokok perhatian utama untuk menjadi ASN yang professional dan berkualitas. Sedangkan indikator lainnya untuk mewujudkan Indonesia emas adalah SDM berkualitas, yang tidak mungkin dapat diwujudkan jika ASN tidak professional. Oleh karena itu indikator tersebut yang akan dilihat selama proses latsar ini, apakah para peserta mempunyai indikator tersebut untuk lulus” jelas Aswad lagi. Terakhir Aswad berpesan kepada seluruh peserta untuk membantu pemerintah dalam mewujudkan ASN yang profesional, sebagai generasi penerus yang akan menentukan masa depan bangsa kedepannya. (ams/ler)