Menu Close

Kepemimpinan Kolaboratif kunci penting hadapi VUCA dan BANI pasca Pandemi

Jakarta – Kepemimpinan kolaboratif (collaborative leadership) merupakan kunci penting dalam menyikapi kondisi VUCA (Volatility, Uncertainty, Ambiguity and Complexity) dan juga BANI (Brittleness, Anxiety, Non Linearity and Incomprehensibility) yang merupakan akumulasi dari VUCA yang menyebabkan perubahan di berbagai sendi kehidupan manusia. Hal ini diungkapkan Kepala LAN Dr. Adi Suryanto, M.Si saat memberikan sambutan dalam acara upacara pembukaan Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) tingkat I angkatan LV yang diselenggarakan di Graha Makarti Bhakti Nagari, ASN Corpu, Senin (25/7).

Kepala LAN melanjutkan, untuk menghadapi brittleness (ringkih) dibutuhkan kapasitas untuk beradaptasi, sedangkan anxiety (kekuatiran) dituntut memiliki rasa empati dan kepedulian terhadap sesama, dan non-linier menuntut kita lebih memiliki daya analisis transdisiplin dan terakhir, tentang incomprehensible atau sulit dipahami itu memerlukan manusia untuk mau membuka diri, memahami perbedaan pendapat dan toleransi.

“Maka kepemimpinan yang kolaboratif ini perlu dimiliki setiap pimpinan instansi, agar mampu beradaptasi di tengah era disrupsi seperti sekarang ini, agar lebih agile dan mampu melakukan terobosan serta inovasi baru untuk kemajuan bangsa” ujarnya.

Oleh karena itu, tambahnya, kita semua saat ini telah masuk dalam learning community atau komunitas pembelajar, dimana setiap peserta merupakan narasumber bagi peserta lainnya, dengan berbagai pengalaman memimpin di masing-masing instansi dapat memperkaya wawasan dan keilmuan para peserta.

“Peserta di PKN tingkat I ini bukan lagi objek pembelajaran melainkan subjek pembelajaran yang berangkat dari pengalaman peserta sehingga dapat membentuk proses learning dan belajar secara bersama sama” tambahnya

Adi menjelaskan, kurikulum PKN tingkat I berupaya memberikan kesempatan bagi peserta untuk mengaktualisasikan kompetensi kepemimpinan yang adaptif dan responsif melalui produk aktualisasi kepemimpinan yang merupakan wahana peserta  mengelola perubahan di instansinya masing-masing. “Diharapkan dengan kurikulum ini dapat menghasilkan sosok pemimpin perubahan strategis, Pemimpin yang mampu menjawab, mengatasi permasalahan-permasalahan bangsa dan negara,” ujarnya.

Lebih jauh Adi  menjelaskan 3 (tiga) hal yang perlu dimiliki seorang pemimpin, pertama, sikap percaya diri dengan perubahan yang digagasnya, selain itu kedua adalah istiqomah bahwasanya perubahan membutuhkan proses dan waktu yang cukup lama, namun harus terus dilakukan secara berkesinambungan dan terakhir pemimpin perlu memiliki kemampuan meyakinkam orang lain yang tidak sejalan dengan kita menjadi setuju dengan kita

Dalam kesempatan tersebut, Deputi Bidang Penyelenggaraan Pengembangan Kompetensi, Dr. Basseng, M.Ed dalam laporannya mengatakan, Tujuan penyelenggaraan PKN tingkat I ini adalah untuk mengembangkan Kompetensi Peserta dalam rangka memenuhi standar kompetensi manajerial JPT Madya.

Adapun tema PKN Tingkat I angkatan LV ini adalah Ketahanan energi dan diikuti oleh 42 peserta yang terdiri dari Instansi Pusat, Pemerintah Daerah dan Kepolisian RI.

Skip to content