Menu Close

Saring Sebelum “Sharing”, LAN Kampanyekan Bijak Bermedia Sosial

Jakarta – Era revolusi industri 4.0 dan society 5.0 saat ini telah mengakibatkan disrupsi di segala bidang, dengan ciri-ciri zaman yang penuh dengan ketidakpastian, kompleksitas, dan ambiguitas. Munculnya hoaks dan aktivitas buzzer yang menghiasi media sosial belakangan ini mengakibatkan sulitnya mengenali mana yang merupakan kebenaran dan mana yang merupakan kabar manipulasi sehingga mempengaruhi cara berpikir masyarakat. Hal tersebut disampaikan Direktur Politeknik STIA LAN Jakarta, Prof. Dr. Nurliah Nurdin, MA pada acara knowledge sharing dengan Tema “Literasi Informasi Berbasis Media Digital” yang diselenggarakan secara virtual, Kamis (4/3). 

Lebih lanjut, Nurliah menjelaskan bahwa munculnya fenomena berita negatif seperti hoaks dan kejahatan cyber lain perlu mendapat perhatian dari pemerintah. Hoaks menjadi sejajar dengan kejahatan seperti hack karena bertujuan mencuri dan memanipulasi yang mengakibatkan perpecahan, baik itu antar individu maupun antar kelompok tertentu.

“Kami menyadari pentingnya membangun literasi digital di lingkungan kampus dengan tujuan menjadikan civitas akademika lebih berkarakter, berbudaya, dan nantinya diharapkan lebih bijak lagi dalam bersosial media. Kegiatan knowledge sharing diselenggarakan salah satunya dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa”, tutupnya.

Pada kesempatan yang sama Kepala Perpusnas Republik Indonesia, Drs. Muhammad Syarif Bando, MM. dalam Keynote Speech-nya menjelaskan bahwa literasi pada zaman dahulu dan sekarang itu berbeda. Sebagai contoh literasi pada era Bung Karno hanya sebatas untuk memberantas buta aksara atau agar bisa membaca karena 98% dari jumlah penduduk Indonesia masih buta huruf. Saat ini, literasi sudah memiliki 4 (empat) tahapan yaitu: (1) Literasi  adalah Kemampuan mengumpulkan sumber-sumber bahan bacaan, (2) Kemampuan memahami apa yang tersirat dari yang tersurat, (3) Kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan baru, teori baru, dan kreativitas serta inovasi baru hingga memiliki kemampuan menganalisis informasi dan menulis buku, dan (4) Kemampuan menciptakan barang atau jasa yang bermutu yang bisa dipakai dalam kompetisi global.

“Kalau saat ini literasi kita masih sampai pada tahap ketiga atau bahkan atau kita masih menganggap literasi kita adalah seperti yang dimaksud pada era Bung Karno maka kita amat sangat tertinggal dan belum mendapat apa-apa. Oleh sebab itu literasi harus dibangun hingga tahap 4”, terangya.

Lebih lanjut pada sesi diskusi hadir sosok di balik aplikasi Drone Emprit dan Founder Media Kernel Indonesia, Ismail Fahmi, Ph.D., selaku narasumber yang menyampaikan saat ini dengan adanya teknologi memudahkan informasi beresonansi dari satu kanal media sosial ke kanal lain

menyebabkan konten tersebut menyebar dengan cepat. Sejalan dengan hal tersebut, terdapat banyak sekali konten propaganda, hoax, dan hate speech yang ikut tersebar di media sosial.

“Baru-baru dengan datangnya Pandemi Covid-19 yang menyebar ke seluruh wilayah, tersebar dengan pesat pula teori konspirasi mengenainya karena secara psikologis dapat memenuhi kebutuhan kita. Pesatnya penyebaran teori konspirasi ini, membuat Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut gelombang misinformasi yang dihasilkan sebagai dangerous epidemic of misinformation. Kalau ini terus dibiarkan dan berlanjut maka dikhawatirkan orang bisa perang gara-gara hal ini”, jelasnya. 

Perpustakaan sebagai salah satu rumah fakta dan ilmu pengetahuan harus dipergunakan sebagai arus penangkal berita hoax. Di masa krisis dengan situasi yang kompleks seperti sekarang ini, orang-orang akan mudah percaya berita hoax dan teori konspirasi karena mereka butuh penjelasan yang masuk akal bagi mereka atas situasi yang sedang terjadi.

“Di sinilah peran ilmu pengetahuan harus dimunculkan sebagai penyeimbang atas kejadian ini atau dengan kata lain flood the internet with facts and science“, tutupnya.

Acara knowledge sharing ini dimoderatori secara langsung oleh Izzul Fatchu Reza , S.A.N., M.P.A. selaku Dosen (Asisten Ahli) pada Politeknik STIA LAN Jakarta dan dihadiri lebih dari 760 peserta yang terdiri dari Mahasiswa Politeknik STIA LAN, alumni STIA LAN dan masyarakat umum secara virtual. (humas)

Skip to content