Jakarta – Sebagai Upaya menghadapi berbagai tantangan saat ini, baik pandemi COVID-19 maupun era digital 4.0, seluruh jajaran baik Pemerintah Pusat maupun Daerah perlu melakukan akselerasi transformasi untuk meningkatkan daya saing suatu negara. Seorang pemimpin dalam mengelola pemerintahan hendaknya memiliki kemampuan mobilisasi dan mengorkestrasi seluruh pihak untuk mendorong perubahan menuju kemakmuran serta peradaban yang lebih baik. Hal tersebut disampaikan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Dr. Adi Suryanto, M.Si., saat memberikan sambutan pada Bedah Buku: Creative Collaboration dan Anti Mainstream Marketing Kabupaten Banyuwangi yang diselenggarakan Politeknik STIA LAN Jakarta dan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi melalui fasilitas video conference dan juga disiarkan secara langsung melalui Youtube Politeknik STIA LAN Jakarta, Rabu (3/2).
“Belajar dari Kabupaten Banyuwangi yang telah berhasil meningkatkan pendapatan per kapita 2 kali lipat dari 20,9 juta rupiah menjadi 48,8 juta rupiah dan menekan tingkat kemiskinan dari 11,2% menjadi 7,8% telah diapresiasi oleh banyak kalangan dengan meraih 194 penghargaan regional, nasional, maupun internasional”, tambahnya.
Lebih lanjut, Kepala LAN mengatakan selama 2 periode masa jabatannya, H. Abdullah Azwar Anas dan jajaran telah memimpin Banyuwangi dengan membentuk sistem kerja yang melek teknologi, kreatif dan penuh inovasi demi meningkatkan kesejahteraan warga Banyuwangi.
“Dengan adanya forum bedah buku ini, semoga menjadi wadah sharing knowledge dan trigger yang mendorong instansi lain untuk melakukan kolaborasi kreatif yang lebih masif lagi dalam rangka continuous improvement serta meningkatkan efektivitas pemerintahan yang lebih baik lagi. Sedangkan, bagi para mahasiswa program sarjana, magister dan doktor terapan, khususnya dari Politeknik STIA LAN Jakarta yang hadir dalam bedah buku ini, semoga anda bisa melihat keberhasilan Kabupaten Banyuwangi ini sebagai laboratorium terapan yang sangat relevan dalam pembelajaran sebagai mahasiswa program vokasi”, tutupnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Dr. Agus Fatoni, M.Si., menyampaikan bahwa Banyuwangi dengan potensi pariwisatanya telah bertransformasi menjadi salah satu Kabupaten yang meraih berbagai penghargaan yang salah satunya adalah Innovative Government Award. Dalam kurun 10 tahun terakhir ini, Banyuwangi telah merubah wajahnya menjadi Kabupaten berprestasi sehingga diharapkan Kabupaten lain dapat mengambil pelajaran.
“Semoga buku yang di-release dapat menjadi inspirasi semua banyak pihak untuk dapat menemukan suksesi dan langkah kreatif dalam membangun kolaborasi antar stakeholder. Apresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Bapak Bupati Banyuwangi H. Abdullah Azwar Anas, M.Si., atas dedikasinya atas kepemimpinannya selama 10 tahun terakhir ini”, ucapnya.
Sementara dalam sambutan Gubernur Jawa Timur yang disampaikan oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan (Ekbang) Dr. Ir. Jumadi, M.MT., sangat mengapresiasi hadirnya Buku: Creative Collaboration dan Anti Mainstream Marketing Kabupaten Banyuwangi di kalangan masyarakat di mana nantinya buku-buku tersebut diharapkan mampu mendongkrak semangat para birokrat untuk senantiasa berinovasi dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik.
“Momen ini sangat luar biasa dimana pada periode akhir kepemimpinan Bapak Bupati mampu mengkonversi segala pencapaian ke dalam sebuah buku sebagai bahan bagi kita semua sebagai bahan studi kita semua”, tambahnya.
Sebelum masuk pada acara pembahasan bedah buku, Bupati Banyuwangi H. Abdullah Azwar Anas, M.Si., berkesempatan memaparkan secara singkat mengenai isi buku yang ditulisnya. Salah satu yang disampaikannya adalah terkait menjual pariwisata bukan soal menjual keindahan alam dan budaya, namun juga dibarengi dengan menjual prestasi dan testimoni dari tokoh-tokoh penting yang telah menyempatkan hadir dan menikmati Kabupaten Banyuwangi.
“Promosi ini sangat efektif yang dengan sendirinya mampu menarik para wisatawan untuk datang ke Banyuwangi dan membuktikan. Selain itu, baru-baru ini Banyuwangi ditetapkan menjadi Kabupaten terbaik kinerjanya, ini tentunya menambah rangkaian prestasi Banyuwangi yang dapat kembali kita jual”, terangnya.
Turut hadir sebagai pembahas, Prof. Rhenald Kasali, Ph.D. yang dikenal sebagai praktisi bisnis dan juga merupakan guru besar bidang Ilmu manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dalam paparannya membahas bahwa di era disrupsi, kita perlu melakukan mobilisasi dan orkestrasi yang belakangan ini dilakukan dengan dukungan teknologi digital untuk berbagai kepentingan. Upaya mobilisasi itu dimulai dari hal-hal sederhana, kemudian membesar hingga menciptakan gerakan mobilisasi yang diikuti banyak netizen.
“Sebagai contoh ketika setiap daerah sedang berlomba-lomba menjadi smart city, namun banyuwangi telah lebih dulu memberikan contoh. Selain itu Banyuwangi ini merupakan best practice dimana leadershipnya mampu melakukan orkestrasi yang membawa perubahan positif bagi kemajuan daerah yang tentunya juga diimbangi dengan segenap ASN yang juga mau melakukan perubahan,” imbuhnya.
Pada kesempatan selanjutnya, Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN, Dr. Tri Widodo, MA, selaku pembahas mengapresiasi kerja keras Bupati Banyuwangi sekaligus mengemukakan satu kata kunci mengenai pengalamannya dalam mengelola Kabupaten Banyuwangi dengan satu kalimat: Banyuwangi “Sentuhan Emas Raja Midas”. Dalam paparannya Tri menjelaskan bahwa Midas adalah raja dalam mitologi Yunani yang terkenal karena kemampuannya untuk mengubah semua yang disentuh menjadi emas. Banyuwangi beruntung memiliki Bupati yang mampu mengubah Banyuwangi menjadi Emas. Meskipun setiap orang mempunyai waktu yang sama tapi menghasilkan output yang berbeda.
“Buku karya Pak Anas ini tidak semata-mata bercerita dengan “dirinya sendiri”, namun bercerita tentang “dunia lain” atau kota-kota lain sehingga tidak menimbulkan kesan subjektivitas. Selain itu pembaca juga diajak untuk membandingkan dengan apa yang ada di sekitar kita tetap dengan gaya easy reading. Ketika kita membaca tidak hanya mengalir namun ada bagian-bagian yang membuat kita tertegun sehingga masuk ke alam bawah sadar kita. Buku ini tidak hanya biografi saja namun didukung oleh theoretical framework sehingga lebih meyakinkan, bahwa inovasi yang terjadi bukan sekedar keinginan, tetapi sebuah proses yang terencana baik”, terangnya.
Sebagai pembahas terakhir, Direktur Politeknik STIA LAN Jakarta, Prof. Dr. Nurliah Nurdin, MA dalam paparannya mengatakan dalam buku Anti Mainstream Marketing ini pertama-tama pembaca diajak berpikir Paradoks, What can we do? di tengah keterbatasan yang ada. Beberapa hal menarik yang disampaikan Nurliah Nurdin mengenai hebatnya memanfaatkan peluang dari para tamu yang datang berkunjung ke Kabupaten Banyuwangi, sehingga setiap yang datang adalah endorser. Cerita adalah segalanya, our best marketer is our customer. Kutipan Philip Kotler, Marketing Expert: ‘The best advertising is done by satisfied customers. Kedua adalah jemput bola bukan tunggu warung, namun keluar untuk mencari peluang-peluang yang mampu menaikkan income masyarakat, dan yang ketiga adalah bagaimana pemimpin melalui komunikasi yang baik merangkul semua pihak untuk bersinergi dengan memberantas sekat birokrasi dengan kolaborasi.
“Membaca buku ini serasa membawa pembaca langsung menyaksikan kejadian demi kejadian, peristiwa demi peristiwa. Buku ini menarik dengan foto-foto program yang unik. Buku ini layak untuk menjadi referensi dalam Pelatihan Kepemimpinan Nasional terutama sebagai bekal bagi mereka yang akan membuat proyek perubahan”, tutupnya. (Humas)