Jakarta – Menurut data International Monetary Fund (IMF) dalam laporan World Economics Outlook tahun April 2024 menyebutkan Indonesia menjadi negara dengan tingkat pengangguran tertinggi diantara enam negara ASEAN dan sekitar 12 persen pengangguran tersebut didominasi oleh lulusan sarjana dan diploma. Besarnya jumlah pengangguran ini tidak hanya disebabkan oleh tidak adanya link and match antara perguruan tinggi dengan dunia usaha, melainkan juga kurangnya kesadaran individu untuk senantiasa senantiasa belajar dan membekali diri dengan berbagai keahlian menyesuaikan dengan tuntutan pasar kerja yang kian dinamis dan bergerak cepat. Hal ini diungkapkan Pelaksana Tugas Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN), Dr. Muhammad Taufiq, DEA saat memberikan sambutan dalam Wisuda ke-62 Politeknik STIA LAN Jakarta, di Graha Makarti Bhakti Nagari, ASN Corporate University, Sabtu (7/12).
“Kesarjanaan dan ijazah hanya sekedar pengakuan akademik (recognition academy) tidak dapat menjamin lulusan dapat segera mendapatkan pekerjaan. Keberhasilan dalam meraih gelar akademik jangan membuat kita berpuas diri karena ini bukan merupakan akhir sebuah pembelajaran, melainkan awal dari perjalanan pengembangan kompetensi yang berkelanjutan dan tiada henti. Terlebih saat ini kita telah memasuki era disrupsi saat ini kita harus selalu selalu belajar serta meningkatkan keahlian (upskilling) agar mampu menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks,” ujarnya.
Lebih lanjut Muhammad Taufiq menambahkan ada tiga hal yang dapat dilakukan untuk dapat “survive” dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi antara lain, pertama, terus mengembangkan kemampuan digital atau digital literasi, kedua, mengasah diri dengan literasi kognitif yang meliputi kemampuan dalam berpikir kritis, mampu memecahkan masalah dengan cara yang kreatif dan inovatif. Dan yang ketiga adalah membangun kolaborasi dan jejaring.
Selain itu Muhammad Taufiq menjelaskan, dibawah Pemerintahan baru Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mengusung visi Indonesia Emas 2045, yang diturunkan dalam 8 visi Asta Cita, dimana pada misi ke empat menyebutkan, memperkuat pembangunan SDM, sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olehara kesetaraan gender serta penguatan peran perempuan pemuda dan penyandang disabilitas. Misi ini sejalan dengan keberadaan Politeknik STIA LAN Jakarta sebagai institusi pendidikan vokasi dibawah naungan LAN yang berkontribusi membangun SDM yang berkualitas menjadi penggerak utama pembangunan nasional menuju Indonesia maju 2045.
“Kami yakin melalui perjalanan panjang yang telah dilalui sebagai mahasiswa Politeknik STIA LAN Jakarta, telah mampu membekali kapasitas, kompetensi dan keahlian untuk mampu bersaing di dunia kerja dan menjadi pribadi yang dapat berkontribusi nyata bagi kemajuan bangsa.” tutupnya.
Sementara itu, Dalam laporannya, Direktur Politeknik STIA LAN Jakarta, Prof. Nurliah Nurdin menyampaikan Politeknik STIA LAN Jakarta pada wisuda tahun ini berhasil meluluskan 452 mahasiswa yang dilaksanakan sebanyak 2 kali wisuda yaitu pada bulan agustus sebanyak 300 lulusan dan pada bulan desember ini sebanyak 152 lulusan. “Ini merupakan kali pertama kami menyelenggarakan dua kali wisuda dalam setahun”, ungkapnya.
Dalam Wisuda ke-61 yang mengangkat tema “Peran Perguruan Tinggi Vokasi dalam Pembangunan SDM berkualitas menuju Indonesia Maju”, Prof Nurliah optimis Politeknik STIA LAN Jakarta akan mampu mengambil peran dalam menyiapkan dan membangun knowledge worker yang profesional baik di korporasi maupun institusi pemerintah. (humas)