Menu Close

Virtual Public Lecture LAN Bahas Akselerasi Penurunan Tingkat Prevalensi Stunting dalam Mewujudkan Generasi Emas Virtual

Jakarta – Dalam upaya mewujudkan Indonesia Emas 2045, salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul, berkualitas dan berdaya saing. Namun ternyata kondisi saat ini indonesia sedang dihadapkan pada angka prevalensi stunting yang cukup tinggi. Berdasarkan data tingkat prevalensi stunting di tanah air saat ini mencapai 21,6 persen yang artinya dari 5 orang anak terdapat 1 anak mengalami stunting, angka ini masih jauh dengan target Rencana Pemerintah Jangka Menengah Nasional 2020-2024 yakni di angka 14 persen pada tahun 2024 mendatang. Permasalahan stunting ini harus segera diatasi dikarenakan akan dapat mempengaruhi kesehatan, sosial dan ekonomi jangka pendek dan panjang. Hal ini diungkapkan Kepala Pusat Pembinaan Analis Kebijakan Lembaga Administrasi Negara (Pusaka-LAN), Yogi Suwarno, Ph.D, MA pada Virtual Public Lecture “Akselerasi Penurunan Angka Stunting: Wujudkan Generasi Emas untuk Indonesia, Selasa (22/8).

Yogi menjelaskan, stunting sendiri merupakan masalah gizi kronis pada anak akibat kurangnya gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak, tentu saja jika hal ini dibiarkan dalam jangka waktu yang panjang akan menyebabkan penurunan kualitas SDM di masa yang akan datang.

“Upaya pemerintah dalam rangka penurunan tingkat prevalensi stunting ini telah dilakukan baik oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah, berbagai kebijakan dan program telah dilakukan seperti pemberian layanan kesehatan kepada ibu dan anak, peningkatan distribusi makanan yang bergizi, melakukan kampanye pentingnya pemenuhan gizi dan melakukan perbaikan sanitasi untuk air bersih. Namun pada kenyataannya di daerah-daerah di indonesia masih mendapati tingkat prevalensi yang tinggi, hal ini mengindikasikan adanya ketidakmerataan implementasi kebijakan yang dilakukan pemerintah,” ungkapnya.

Menyikapi kondisi ini, Yogi memaparkan, sebagai seorang analis kebijakan tentu saja merupakan sebuah kesempatan untuk dapat menganalisa lebih mendalam terkait dengan kebijakan dan program yang telah dilakukan pemerintah dalam rangka penurunan angka stunting, ini juga menjadi kesempatan para analis kebijakan untuk ikut merumuskan strategi serta pengembangan kebijakan yang efektif untuk permasalahan stunting ini.

Sementara itu, Ketua Satuan Tugas Stunting Ikatan Dokter Anak Indonesia,  Prof. Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif, SP.Ak menyampaikan, stunting dari sisi kedokteran sangat mengkhawatirkan, tidak hanya menyebabkan seorang anak menjadi pendek melainkan juga menyebabkan terganggunya pertumbuhan otak terutama pada 5 tahun pertama dimana 95 persen otak terbentuk, dalam jangka panjang  akan menimbulkan kurangnya tingkat kecerdasan.

“Maka stunting harus kita cegah sedini mungkin, setidaknya terdapat tiga strategi pencegahan stunting antara lain pertama anak-anak yang masih sehat diberikan makanan bergizi sehingga dapat mencegah malnutrisi, kedua jika sudah mengalami penyakit sehingga menyebabkan gizi buruk maka perlu mencegah agar tidak mengalami stunting, dan tahapan terakhir adalah jika anak telah mengalami stunting maka harus segera ditindaklanjuti sehingga tidak menimbulkan dampak bagi kecerdasannya”, jelas Rusli.

Disadari bahwa, dalam menurunkan prevalensi stunting ini dibutuhkan kolaborasi seluruh pihak untuk dapat mewujudkan generasi emas untuk Indonesia nantinya, kita harus dapat menjadi agen perubahan untuk Indonesia yang lebih baik, lakukan inovasi dan solusi kreatif dalam pendekatan kebijakan untuk memecahkan masalah stunting ini, tutupnya.

Skip to content