Menu Close

Sestama LAN Ajak Kartini Masa Kini Tumbuhkan Budaya Literasi

Jakarta – Perkembangan pesat di era digital ditandai dengan kekuatan media daring professional dan media sosial yang memiliki kapasitas besar, mobilitas dan jangkauan informasi yang luas. Namun dibalik itu semua budaya literasi di Indonesia masih cenderung lemah, hal ini didasarkan pada minat baca masyarakat Indonesia yang menempati peringkat 60 dari 61 negara di dunia. Hal ini diungkapkan Sekretaris Utama Lembaga Administrasi Negara (LAN), Dra. Reni Suzana, MPPM dalam kegiatan Talk show Peringatan Hari Kartini yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) di Auditorium Perpusnas RI, Jakarta, Selasa (20/4).

“Perempuan memiliki peranan penting dalam meningkatkan budaya literasi khususnya di dalam lingkup terkecil yaitu keluarga, dimana anak-anak dididik untuk terbiasa membaca buku-buku atau bahan bacaan untuk mendapatkan informasi.” tambahnya.

Kemampuan literasi merupakan kemampuan mendasar yang dapat menjadi pijakan bagi seseorang untuk menghadirkan kehidupan yang lebih baik bagi dirinya sendiri dan untuk orang lain, ungkapnya

Ia menilai untuk melahirkan seseorang yang memiliki daya saing, setidaknya menguasai enam literasi yaitu literasi personal yang mampu menumbuhkan kepercayaan diri dan mampu menimbang kekuatannya sendiri, literasi sosial yang berkaitan dengan komunikasi serta melakukan koordinasi dengan orang lain.

“Literasi selanjutnya adalah literasi bisnis, literasi informasi dan teknologi, literasi data dan terakhir literasi budaya,” lanjutnya.

Menyikapi Kartini di abad 21 ini, Reni mengatakan, perempuan di masa sekarang seperti transformer yang mampu menyesuaikan keadaan dengan cepat, memiliki intelektual dan kepekaan yang tinggi dalam mengambil keputusan dalam berbagai situasi dan kondisi.

“Berbeda pada masa RA. Kartini, “Gap Gender” sudah tidak berlaku di masa saat ini, bahkan perempuan diberikan kesempatan untuk memberikan pendapat dan berargumentasinya melalui berbagai saluran, namun semua kembali kepada sikap seorang perempuan untuk mengambil kesempatan tersebut” tuturnya

Selanjutnya ia menjelaskan, LAN sendiri memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk perempuan berkarya dalam organisasi dengan mengikuti open bidding untuk jabatan pimpinan tinggi di lingkungan LAN.

“Memang jika kita melihat data untuk saat ini perempuan yang menduduki jabatan tinggi dalam birokrasi masih relatif sedikit” tambahnya.

Disadari memang seorang perempuan untuk berkarya terkadang masih ada “barrier” atau batasan yang tak terlihat, misalnya keberanian untuk mematahkan norma-norma di tengah masyarakat yang menganggap perempuan berkarya dalam keluarga.

Hal senada diungkapkan, Ketua DPR RI, Dr. (H.C) Puan Maharani, mengatakan perempuan harus memiliki keberanian yang tinggi mematahkan norma-norma yang ada di tengah masyarakat, ia menilai bahwa perempuan modern lebih “multitasking” ia dapat mengambil peran sebagai ibu rumah tangga sekaligus bekerja.

ia juga meyakini bahwa perempuan Indonesia memiliki tingkat pengetahuan, kreativitas, ide yang mampu melakukan hal-hal yang besar termasuk untuk kemajuan bangsa”

“Taruh persoalan berat di hadapan perempuan Indonesia, maka insya Allah perempuan bisa menemukan solusinya” tutur Puan.

Dalam Talkshow tersebut hadir pula, Duta Bela Negara, Olivia Zalianty, CoP Lead LAN, Dr. Ajriani Munthe Salak, Komisioner KASN, Dra. Sri Hadiati, dan Kepala Perpusnas RI, Muhammad Syarif Bando.

Skip to content