Jakarta – Sebagai instansi yang memiliki tanggung jawab dalam pengembangan kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN) di Indonesia, Lembaga Administrasi Negara (LAN) terus berkomitmen dalam meningkatkan kapasitas dan kompetensi aparatur melalui berbagai cara salah satunya dengan berkolaborasi dengan private sector atau korporasi. Hal ini diungkapkan Pelaksana Tugas Kepala LAN, Dr. Muhammad Taufiq, DEA pada Pertemuan B300 LAN bersama Gerakan Nasional Indonesia Kompeten (GNIK) yang diselenggarakan secara blended di Aula Prof. Agus Dwiyanto, MPA, Kantor LAN, Jalan Veteran No 10, Sabtu (12/10).
“Sebagaimana diketahui bahwa kualitas pelayanan publik dan keberhasilan pembangunan nasional ditentukan oleh kapasitas ASN-nya, maka melalui forum ini LAN mengajak seluruh elemen korporasi untuk berkomitmen memajukan bangsa melalui pengembangan kompetensi ASN, terlebih jumlah ASN diproyeksikan akan mencapai lebih dari 7 juta orang yang terdiri dari 4,5 juta ASN yang bekerja saat ini ditambah dengan pegawai hasil rekrutmen baru sebesar 3 juta Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 1,5 juta Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).” tambahnya
Kedepannya, Muhammad Taufiq menjelaskan, selain program ASN Talent Academy (ATA) yang telah berjalan, dan telah melahirkan kader-kader pemimpin masa depan atau future leader, dalam menyiapkan para pemimpin birokrasi di masa yang akan datang, LAN akan berkolaborasi dengan mitra-mitra strategis melalui Leadership Joint Program. Program ini merupakan pelatihan level kepemimpinan tingkat pengawas yang berasal dari birokrasi dan sektor swasta untuk menciptakan kompetensi manajerial baru yang mengedepankan profesionalitas, adaptif, agile dan memiliki kompetensi digital leadership.
”Leadership Joint Program ini akan bertransformasi menjadi sebuah ekosistem pelatihan yang berkelanjutan yang menyelenggarakan berbagai pelatihan, yang harapannya setiap ASN mendapatkan sumber pembelajaran terbaik untuk meningkatkan kompetensinya. Selain itu ada juga Learning Ecosystem, sebuah kolaborasi swasta – birokrasi dalam bidang pengembangan kompetensi ASN diharapkan menjadi ekosistem baru yang mumpuni dalam mengatasi Gap Kompetensi ASN”, jelasnya.
Senada dengan hal itu, steering committee GNIK, Yunus Triyonggo menyebutkan bahwa untuk mengakselerasi ASN indonesia di tahun 2030 mendatang kita masih dihadapkan pada sejumlah tantangan dimana berdasarkan global talent competitiveness index, Indonesia masih jauh dibawah negara-negara asia lainnya. Maka kami para penggiat kompetensi indonesia berkumpul untuk membangun kompetensi SDM bangsa ini.
“Selain tantangan indeks kompetensi Indonesia yang belum baik, kita juga dihadapkan pada fenomena gen z workforce yang tumbuh di era digital sehingga mereka mengharapkan organisasi tempat mereka bekerja sejalan dengan perkembangan teknologi digital. Oleh karena itu kami bekerjasama dengan LAN juga tengah menyediakan platform pembelajaran bagi ASN-ASN muda yang berbasis pada perkembangan digital kekinian.” ungkapnya
Menyikapi hal tersebut, Presiden Direktur Microsoft Indonesia, Dharma Simorangkir mengapresiasi kegiatan yang digagas oleh LAN dan GNIK ini, Microsoft Indonesia juga akan bergabung untuk mendukung pengembangan kompetensi SDM indonesia. Dharma juga menyampaikan, teknologi sudah sejak lama sudah membuktikan adalah pengukit untuk pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP). Dan bisa dilihat semakin lama, semakin cepat dan semakin tinggi lompatan dari teknologi itu. Sampai akhirnya sekarang kita memasuki era artificial intelligence (AI) Ini adalah sebuah keniscayaan, yang harus diterima.
“Dengan AI kita tidak menggantikan talenta yang ada sekarang, tapi kita menambah kapasitas untuk dapat bekerja lebih baik. Jadi kalo ASN kita mau menuju birokrasi berkelas dunia, harus siap berubah dari Low Order Thinking Skills menuju High Order Thinking Skills.” ungkapnya.
Sementara itu, alumni peserta ATA, Shinta Putri Permata Dewi (Kementerian Keuangan) menyampaikan pengalamannya menjadi bagian dalam pelatihan bergengsi tersebut, tidak hanya dibekali dengan pengembangan kompetensi manajerial dan sosial kultural melainkan berkesempatan untuk magang di korporasi sebagai sarana observasi dan best practices sektor swasta dalam memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat (service Excellent). Hal ini tentu saja memberikan insight bagi birokrasi untuk mengelola pelayanan prima dan implementasi kepemimpinan yang melayani, ujarnya.
Sementara itu, beberapa member dari forum B 300, Herdy Herman, Mahmud Samuri, dan Sindi Defrizianti yang ditemui secara terpisah dalam pertemuan tersebut menyatakan bahwa kolaborasi antara sektor privat dan publik akan memberikan dampak yang baik dalam menyiapkan Indonesia Kompeten pada tahun 2030, dan juga Indonesia Emas 2045.
B 300 sendiri adalah sebuah forum yang beranggotakan para Executive Human Resources HR Director atau Senior Manager Human Resources yang diinisiasi oleh GNIK dalam rangka mewujudkan indonesia kompeten dalam menghadapi indonesia emas 2045 mendatang.