Jakarta – Indonesia saat ini dihadapkan pada tantangan bonus demografi dimana sebagian besar penduduk indonesia berada pada usia produktif. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis tahun 2023 lalu 53,81 persen dari jumlah penduduk Indonesia didominasi oleh kalangan milenial dan generasi Zilenial atau Gen-Z yang akrab dengan penggunaan akses digital, multi-tasking, berjiwa entrepreneur, terlibat aktif dalam berbagai sosial media serta memiliki kemampuan berpikir kritis, karakteristik ini mendorong desain pelayanan publik yang lebih adaptif terhadap perkembangan teknologi digital. Hal tersebut diungkapkan Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala LAN, Dr. Muhammad Taufiq, DEA saat memberikan sambutan pada International Public Lecture “The Challenges of Digital Transformation for Strengthening the Capacity of Generations Z and Institutions.” yang diselenggarakan oleh Politeknik STIA LAN Jakarta, di Graha Wicaksana, ASN Corporate University, Selasa (27/8).
Muhammad Taufiq mengungkapkan, transformasi digital birokrasi ini tidak hanya berbicara pengalihan dari manual ke digital melalui aplikasi-aplikasi pemerintah melainkan perubahan cara kerja birokrasi yang mampu mengakomodir kebutuhan-kebutuhan kalangan milenial dan gen Z. Hal ini sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Panjang (RPJM/P) pemerintah yang menekankan pada reformasi birokrasi dan berfokus pada transformasi digital dalam proses pelayanan publik.
“Pemahaman gen Z dan milenial yang akrab dengan teknologi ini perlu dimanfaatkan untuk melahirkan inovasi dan kreativitas baru yang mampu mendukung pembangunan nasional, oleh karenanya kolaborasi baik antara pemerintah, swasta serta akademisi sangat dibutuhkan untuk menyediakan metode pembelajaran yang lebih kolaboratif, pendekatan teknologi serta mendorong untuk berpikir kritis” tambahnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Kajian dan Inovasi Administrasi Negara, Dr. Tri Widodo, MA dalam kesempatan tersebut menyampaikan, implikasi dari pergeseran generasi dan pengaruh perkembangan digital memungkinkan sebagian besar masyarakat indonesia dapat mengakses layanan internet untuk mendapatkan informasi, berkomunikasi dan berkolaborasi dengan semua orang dimanapun dan kapanpun, namun, hal ini juga mendorong pembuat kebijakan untuk dapat memanfaatkan potensi digital ini dalam mengatasi berbagai tantangan bangsa serta membuat kebijakan yang efektif, efisien, inklusif dan berwawasan ke depan.
Ia menambahkan ada beberapa upaya yang dapat dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kemampuan digital diantaranya menyusun kerangka kompetensi digital (digital competency framework) yang tepat untuk meningkatkan keterampilan dan kapasitas digital para Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai pelayan publik, kedua, merekrut talenta-talenta digital baru untuk menjembatani kesenjangan keterampilan digital, mendirikan akademi digital ASN (ASN Digital Academy) yang berfokus untuk membekali para ASN dalam meningkatkan keterampilan digital, melengkapi para ASN dengan kompetensi kritikal terkait dengan literasi digital dan pelatihan kepemimpinan, dan terakhir, perlunya regulasi aspek human capital untuk pemerintahan digital yang akan menarik talenta-talenta digital untuk bergabung sebagai ASN.
Terkait dengan hal tersebut, Tri Widodo menambahkan, Penguatan kapasitas Digital Generasi Z dan milenial sangat penting untuk memastikan pertumbuhan dan ketahanan Indonesia yang berkelanjutan, sebagai generasi yang paling paham digital, Gen Z memiliki potensi untuk mendorong inovasi dan transformasi yang signifikan di berbagai sektor diantaranya mendorong terciptanya ekosistem inovasi dalam kewirausahaan, mempromosikan transformasi digital yang inklusif terhadap kaum minoritas, mengintegrasikan literasi digital ke dalam kurikulum pendidikan serta mempromosikan peningkatan keterampilan digital yang berkelanjutan.
Sementara itu dalam perspektif global, Presiden THINK Foundation South Korea, Prof. Young Hoon Ahn, Ph.D. menyoroti pentingnya program-program yang dirancang khusus untuk mendukung transformasi digital di sektor publik diantaranya platform digital academy yeng merupakan sistem manajemen pembelajaran yang dapat digunakan oleh para mahasiswa untuk memanfaatkan teknologi Artificial intelligence (AI) dalam rangka mengoptimalkan kinerja mahasiswa, digital academi juga merupakan ekosistem pembelajaran untuk membangun sektor publik dalam meningkatkan keterampilan digital. Ia berbagi pengalaman tentang berbagai Digital Academi yang sukses di berbagai negara, seperti Singapura dengan Govtech Digital Academy Services and Program, Eropa dengan All Digital Academy dan Korea Selatan yang menekankan pada pentingnya kompetensi digital sebagai keterampilan inti bagi seluruh lapisan masyarakat.
Acara ini dimoderatori oleh Direktur Politeknik STIA LAN Jakarta, Prof. Nurliah Nurdin dan diikuti oleh seluruh mahasiswa secara luring dan daring.