Menu Close

JALIN KOLABORASI INTERNASIONAL, LAN DUKUNG DIGITALISASI LAYANAN PUBLIK YANG HUMANIS 

Jakarta – Lembaga Administrasi Negara (LAN) berkomitmen mendorong percepatan Reformasi Birokrasi berdampak. Transformasi digital dalam birokrasi mempunyai peran yang sangat penting untuk mempercepat implementasi reformasi yang berdampak.  Namun demikian kita masih menemukan adanya digitalisasi yang dilakukan tanpa memperhatikan ekosistem dalam proses digitalisasi itu sendiri.

Melihat hal tersebut, LAN melakukan langkah kolaboratif bersama Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kementerian PANRB), Yayasan Upaya Indonesia Damai (UID) dan Trust Commons, serta IEEE Standards Association dengan menyelenggarakan Dialog Internasional satu hari bertajuk “Happy Digital and Flourishing City Forum: Profound Systemic Transformations for Impacted Bureaucratic Reformsdi Aula Prof Agus Dwiyanto, MPA, Kantor LAN Jalan Veteran Nomor 10 Jakarta Pusat, Kamis (25/1)

Hadir sebagai narasumber, Plh. Sementara Kepala LAN, Muhammad Taufiq menegaskan bahwa forum ini tidak hanya sekadar platform untuk pertukaran ide dan pengetahuan namun juga menjanjikan stimulasi intelektual dan menggugah pikiran, untuk memformulasikan langkah konkrit agar transformasi digital ini mampu mendorong reformasi birokrasi yang berdampak.

“Forum ini menekankan pentingnya penerapan program kepemimpinan dan tindakan nyata dalam menciptakan prototipe inovasi di tingkat lokal untuk membantu mendorong reformasi birokrasi untuk mewujudkan “Kota Digital Bahagia dan Berkembang”, ungkapnya.

Lebih lanjut dalam sesi diskusi, Muhammad Taufiq menyampaikan bahwa LAN memahami pentingnya transformasi secara holistik, tidak hanya pada pertumbuhan ekonominya saja melainkan juga bagaimana mengintegrasikan teknologi pada perkembangan ekologis, sosial, budaya dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, LAN melakukan pembaharuan pada pengembangan kompetensi ASN. Tidak hanya pada cara menyampaikannya saja melainkan juga pada substansinya, termasuk literasi digital.

“Jika sebelumnya kita berada para proses reform, maka saat ini kita ada dalam transformasi. Dimana jika reform menitikberatkan perubahan secara internal, maka transformasi lebih dari sekadar berubah, bahkan perubahan itu membawa dampak. Transformasi yang harus dilakukan untuk menjawab kebutuhan masyarakat adalah transformasi digital yang berdampak.” tambahnya.

Lebih dalam Muhammad Taufiq menggambarkan bahwa transformasi digital dapat diibaratkan sebagai langkah becoming digital (menjadi digital) bukan lagi mendigitalkan hal-hal manual (doing digital) lalu melangkah sampai pada being digital dan berhenti di posisi tersebut. Setelah semua hal, terlebih dalam birokrasi, sudah pada titik becoming digital maka akan berdampak pada happiness of humanity, menepis kesenjangan digital, dan perlahan tapi pasti akan terciptanya citizenship, sebuah kesatuan citizen (warga negara) sebagai penikmat layanan birokrasi atau penikmat kebijakan. 

Pada  kesempatan yang sama Menteri PANRB, Abdullah Azwar Anas dalam sambutannya menyampaikan bahwa Birokrasi dan ASN memegang peranan kunci dalam transformasi digital sebagai bagian yang tak terpisahkan dari reformasi birokrasi. Menurutnya digitalisasi bukan berarti berlomba-lomba untuk membuat aplikasi di pemerintahan, namun bagaimana digitalisasi ini akan menjadi fondasi untuk mempercepat pembangunan.  “Oleh karena itu ke depan kita akan membuat portal yang terkoneksi, yang memungkinkan terjadinya data exchange dan aplikasi-aplikasi yang ada saat ini dapat ter-interoperabilitas”, tambahnya. Abdullah Azwar Anas menyampaikan bahwa saat ini ada tiga prioritas layanan yang menjadi fokus yakni identitas digital, satu data dan pembayaran digital.

Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves), Luhut Binsar Pandjaitan yang hadir dalam secara daring. Menurutnya saat ini Pemerintah tengah menyusun arsitektur Government Technology  yang diharapkan mampu mengintegrasikan transformasi digital di birokrasi. Proses digitalisasi di dalam birokrasi tidak lagi bersifat silo-silo sehingga terbentuk sistem tata kelola pemerintah yang baik.

Setali tiga uang dengan pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, hadir memberikan keynote speech, Dewan Pembina Yayasan Upaya Indonesia Damai (UID), Mari Elka Pangestu, yang memberikan paparan mengenai transformasi digital yang berdampak. 

Dalam kesempatan tersebut, Mari Elka menyampaikan bahwa transformasi digital tidak bisa terjadi tanpa adanya transformasi sistem. Transformasi digital tidak bisa hanya dilakukan melalui pemenuhan infrastruktur sistem, tapi juga bagaimana hal ini bisa mempengaruhi cara kita dalam bekerja, belajar, berperilaku, bersikap dan ujungnya adalah mempengaruhi kehidupan kita secara menyeluruh dan mewujudkan kebahagiaan.

“Dampak transformasi digital dapat dikatakan sama dengan tujuan SDG’s yaitu pyramid of happiness, mencakup suistanable development goals yang juga diusung oleh Kementerian PPN/BAPPENAS, menciptakan keharmonisan sosial, mewujudkan zero hunger, harmonisasi dengan alam, harmonisasi secara spiritual, yang akan mewujudkan piramida bahagia pada setiap individu. Hal tersebut dapat tercipta dengan transformasi digital dengan dukungan infrastruktur digital yang canggih pula” paparnya. 

Diskusi internasional ini dilaksanakan secara hybrid yang menghadirkan pakar dan praktisi yang membidangi proses transformasi birokrasi dan transformasi digital yang terbagi kedalam tiga sesi. Sesi pertama berfokus pada bagaimana melaksanakan transformasi secara sistemik yang berdampak bagi terwujudnya Flourishing and digital city. Pada sesi ini menghadirkan tokoh yang berperan dalam transformasi digital di Estonia Marten Kaevats, Bupati Bitung, serta para akademisi internasional. 

Diskusi pada sesi kedua membincang dengan hangat bagaimana melakukan akselerasi transformasi digital untuk mewujudkan reformasi birokrasi yang berdampak. Sesi ini menghadirkan Plh Sementara Kepala LAN, Muhammad Taufiq dan Suyoto, konselor UID. Isu terkait kepemimpinan muda dalam memobilisasi transformasi sistemik yang berdampak, secara apik diurai pada sesi ketiga oleh para tokoh kepemudaan dunia yakni Edgard  Gouveia Jr, Clemens Graetsch, Carlos Moreno dan Dessy Aliandrina. (humas)

 

Skip to content