SAMARINDA – Birokrasi pemerintahan memang penuh dengan dinamika. Pernah suatu waktu, apa yang terjadi esok hari bisa kita prediksi dengan mudah. Namun beberapa waktu lalu, tekanan kuat pada birokrasi kita adalah globalisasi yang menimbulkan efek revolusi industri. Belum sempat kita adopsi, muncul lagi yang namanya Covid-19, era VUCA, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, perubahan adalah sebuah keniscayaan, dan itu adalah perspektif yang harus kita miliki. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala LAN RI Dr. Adi Suryanto, M.Si dalam sambutannya saat membuka secara resmi Pelatihan Kepemimpinan Pengawas Angkatan I Tahun 2023 di Ruang Auditorium Puslatbang KDOD LAN pada hari ini, Selasa (1/8). Adi mengatakan bahwa isu yang sedang berkembang adalah bahwa saat ini masyarakat kita adalah masyarakat yang mudah pecah karena berada dalam situasi yang labil. Oleh karena itu, menurut Adi kita harus bisa menjadikan kondisi itu sebagai sebuah referensi dalam mengambil sikap, tindakan, dan juga mengambil kebijakan.
“Ada beberapa hal yang saat ini menjadi tantangan bagi para pimpinan seperti anda” tutur Adi. “Misalnya saja, kemunculan media sosial yang saat ini bisa dengan mudahnya memframing sesuatu sehingga seolah menjadi sebuah kebenaran. Dalam teorinya, seseorang apabila melihat sesuatu secara berulangkali atau viral, dan dari berbagai sumber, maka akan dianggap bahwa itu adalah sebuah kebenaran. Padahal itu belum tentu benar. Sehingga sebagai seorang ASN kita harus lebih bijaksana dalam menggunakan medsos” jelasnya lagi. Tantangan berikutnya disampaikan oleh Adi adalah terkait dengan cara menghadapi generasi milenial dan generasi Z, baik dalam hal karakter mereka, penguasaan terhadap teknologi, dan lain sebagainya. Menurut Adi membangun karakter juga menjadi hal yang penting untuk memperkuat budaya birokrasi. “Kami sebagai generasi old, hanya bisa memberikan motivasi dan stimulus kepada anak-anak muda ini. Sedangkan anda yang berada pada level pengawas harus bisa menjadi agen perubahan dan percepatan digitalisasi birokrasi dengan mengarahkan para generasi muda tadi” tegas Adi. Selanjutnya dikatakan pula oleh Adi bahwa setiap pelatihan selesai dilaksanakan, sudah seharusnya memiliki tindak lanjut yang memberikan dampak positif terhadap kinerja organisasi. “Bukan hanya sekedar dapat sertifikat dan selesai, tapi bagaimana kemudian follow up nya, pengaruhnya terhadap peningkatan kinerja organisasi. Kalau tidak ada dampaknya, berarti pelatihan yang diikutinya gagal” ujar Adi. Oleh karena itu ia berpesan agar penyelenggara dapat mendesain pembelajaran dengan santai dan tidak terlalu serius, agar bisa menumbuhkan kreativitas dan inovasi pada seluruh peserta.
Pelatihan ini dilaporkan oleh Kepala Puslatbang KDOD LAN Dr. Muhammad Aswad, M.Si, diikuti oleh 40 orang peserta yang berasal dari berbagai daerah di Kalimantan Timur, yaitu Provinsi Kaltim, Pemkab Kutim, Pemkab Mahakam Ulu, dan Pemkot Bontang. Dimulai dengan pelatihan mandiri atau MOOC sejak tanggal 26 Juni yang lalu, pelatihan ini dijadwalkan akan berakhir pada bulan Oktober mendatang. (ler/ler)