COBALAH pandang langit dan renungkan terutama ketika di kegelapan malam.
Maka orang-orang yang berakal dan memiliki iman dalam dadanya akan dapat menangkap kebesaran dan keagungan Allah yang terpencar dari seluruh penjuru alam.
Langit yang terbentang luas tanpa tiang dan tiada retak sedikitpun, ada miliaran benda langit yang bergerak dengan irama alam yang mengagumkan, mereka berseliweran di seluruh jagad raya dengan tertib.
Semua ilmuan menyatakan sistem yang bekerja pada alam semesta, sangat rumit dan kompleks.
Pertanyaan kita mungkinkah ini semua terjadi?
Bagaimana mungkin semua bisa berjalan dengan keteraturan kalau tidak ada yang mengatur dan mengendalikannya?
Orang-orang yang berakal pasti sampai pada sebuah kesimpulan bahwa alam jagad raya ini dengan kekokohannya dan keindahan arsitekturnya mustahil terjadi dengan sendirinya.
Pasti ada yang menciptakannya dengan segala kesempurnaan.
Menyeimbangkan Imtak dan Iptek
Pernahkah bumi berhenti berputar? Kalau itu terjadi maka musnahlah bumi ini, hancurlah sistem tata surya dan akhirnya binasalah alam semesta. Lalu energi apa yang menggerakkan bumi dan benda-benda langit yang tiada terhingga jumlahnya ini?
Semua karya manusia membutuhkan energi untuk bergerak, seperti mobil, pesawat, kapal dan sebagainya.
Semuanya membutuhkan BBM untuk bisa bergerak, dan ada masanya kendaraan terebut harus stop atau berhenti ketika BBM sudah habis.
Subhanallah…. siapa yang bisa menjawab energi apa yang digunakan Bumi dan miliaran benda langit lainnya untuk bergerak?
Siapakah yang mengendalikan ini semua? Dialah Allah yang mencipta, mengatur dan mengendalikan seluruh alam semesta.
Bumi tempat kita tinggal ini ternyata ketika berada di alam semesta sangatlah kecil ibarat butiran pasir.
Besarnya bumi dibanding Matahari saja 1:1.250.000 dengan Planet Yupiter Bumi jauh lebih kecil, Yupiter memiliki diameter hampir sebelas kali diameter Bumi.
Buya Yahya Jelaskan Hikmah Peristiwa Isra Miraj, Perjalanan Nabi Muhammad SAW
Volumenya juga 1.321 kali lebih besar dari Bumi. Apa yang mau kita sombongkan tentang diri kita?
Seorang yang sadar tentang kebesaran Allah akan merasa kecil dan rendah hati walaupun ilmunya semakin bertambah, bahkan ia merasa sangat bodoh di hadapan Allah.
Ilmu pengetahuan modern hari ini telah membuktikan tentang dahsyatnya alam semesta jagad raya ini yaitu dengan bantuan teknologi berupa teleskop canggih, satelit, pesawat antariksa, bahkan saat ini sudah ada Laboratorium Angkasa Luar nun jauh di atas sana yang dihuni para ilmuan untuk beberapa masa, mereka melakukan riset dan penelitian alam semesta.
Namun sebelum ilmu pengetahuan sehebat hari ini, sesungguhnya Allah SWT telah memperlihatkan keagungan dan kebesaran-Nya kepada hamba-Nya yang terpilih yaitu Rasulullah Muhammad saw melalui peristiwa Isra dan Miraj.
Perjalanan Isra dan Miraj Nabi Muhammad saw tidak dapat kita samakan dengan perjalanan para astronot ke ruang angkasa.
Bagaimanapun hebatnya ilmu pengetahuan manusia, mereka tidak akan dapat mencapai tingkat perjalanan sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw, karena peristiwa Isra dan Miraj adalah mukjizat Allah yang khusus atau spesifik untuk Nabi Muhammad saja.
Di dalam Al Quran surah Isra ayat 1 Allah memberitakan peristiwa perjalanan Isra mengawali dengan kalimat “Subhana” yang artinya Maha Suci Allah.
“Maha Suci Allah yang telah menjalankan hamba-Nya dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, yang telah Kami berkati sekelilingnya, agar Kami memperlihatkan kepadanya tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
Menurut para ahli tafsir, apabila Allah mengawali suatu berita dengan kata yang menggambarkan kesucian Allah “Subhana” itu artinya peristiwa yang akan diungkapkan adalah peristiwa yang besar, agung dan luar biasa, peristiwa yang tidak dapat dilakukan oleh makhluk mana pun.
Prof Dr M Mutawalli Asysyakrawi memperbandingkan hal ini dengan firman Allah dalam surah Yasin ayat 36 yang juga diawali dengan “Subhanaladzi”. Lengkapnya terjemahan surah Yasin ayat 36 adalah “Maha Suci Allah yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”.
Mutawalli selanjutnya mengatakan hanya Allah-lah yang sanggup menciptakan secara berpasangan dalam arti sesungguhnya.
Manusia dengan anugerah kepandaian dari Allah walaupun telah dapat menciptakan pesawat ulang alik ke ruang angkasa, menciptakan otak elektronika, atau komputer yang dapat mengoperasikan suatu unit perusahaan.
Namun, ciptaan manusia itu tidak bisa hidup, tidak bisa tumbuh, tidak bisa berkembang biak, tetap seperti waktu diproduksi.
Tetapi, ciptaan Allah diawali dengan sepasang, kemudian tumbuh berkembang biak sebagai contoh penciptaan makhluk yang bernama manusia, diawali oleh penciptaan Adam dan Hawa kemudian beranak pinak menjadi umat manusia seperti sekarang ini. Demikian komentar Mutawalli dalam menjelaskan makna “Subhana”.
Isra dan Miraj adalah peristiwa luar biasa yang merupakan mukjizat Rasulullah saw.
Tidak dapat dipungkiri bahwa peristiwa Isra Miraj ini sesungguhnya menjadi gagasan dan inspirasi bagi kemajuan ilmu pengetahuan hari ini, seperti bidang kedokteran dalam hal pembedahan dada Rasulullah sebelum beliau melaksanakan Isra dan Miraj.
Demikian juga di bidang transportasi cepat seperti kita saksikan saat ini mulai mobil, kereta api hingga pesawat supersonik, ini semua menunjukkan gagasan perjalanan Rasulullah dengan Buraq yang bermakna cepat bagai kilat telah menjadi gagasan manusia modern dalam mengembangkan alat transportasi.
Demikian juga teknik informasi dan telekomunikasi canggih seperti video call, teleconference menjadi keniscayaan hari ini, dimana sebelumnya hanya kita ketahui dari kisah Isra Miraj, ketika Rasulullah mampu menjawab semua pertanyaan orang yang ragu tentang perjalanan Isra dan Miraj dari segi bukti fisik kehadiran beliau di Baitul Maqdis.
Al Qur’an sesungguhnya sejak 15 abad yang lampau telah menginformasikan kunci kesuksesan manusia kalau ingin menjelajah penjuru langit dan bumi yaitu menggunakan kekuatan atau “power” yang dalam bahasa Al Quran disebut “sulthan”.
Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surah Ar Rahman ayat 33, “Wahai Kelompok jin dan manusia, jikalau kamu sanggup melintasi penjuru langit dan bumi, maka lintasilah tetapi kamu tidak akan dapat melakukannya kecuali dengan Sulthan”.
Menurut sebagian ahli tafsir pengertian sulthan dalam ayat ini adalah ilmu pengetahuan. Ir Syahirul Alim MSc dosen Teknik Nuklir UGM pernah menjelaskan bahwa sulthan sebagai kekuatan besar yang terarah dan terorganisir didalamnya tercakup ilmu pengetahuan, kekuasaan dan organisasi, misalnya sebagai ilustrasi perjalanan pesawat antariksa Apolo 11 yang mendarat di bulan pada 16 Juli 1969.
Apolo 11 dibuat melibatkan 300.000 orang dan 20.000 pabrik. Roket pengangkat Apolo ini bernama Saturnus V bertingkat tiga boster besar, memiliki 91 mesin dengan 8 juta onderdil kerja.
Inilah, yang dimaksud sulthan mustahil pekerjaan besar ini dapat dikerjakan tanpa kekuatan besar yang terorganisir. Wallahu ‘alam bi shawab.